Menghidupkan Kembali Gedung Kesenian Ampera di Cianjur

- 11 Juni 2024, 19:00 WIB
Gedung Ampera yang terletak di Jalan Suroso, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang sekarang dikenal sebagai Gedung Dewan Kesenian Cianjur masih berdiri tegak terawat.
Gedung Ampera yang terletak di Jalan Suroso, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang sekarang dikenal sebagai Gedung Dewan Kesenian Cianjur masih berdiri tegak terawat. /Portal Bandung Timur/Gina Roudotul Jannah/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Gedung Ampera yang terletak di Jalan Suroso, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat yang sekarang dikenal sebagai Gedung Dewan Kesenian Cianjur atau DKC, masih tegak meskipun sudah tua. Gedung bercorak putih itu salah satu warisan bersejarah di Cianjur yang dibangun pada era Orde Lama.

Sejarah yang menarik, Gedung Ampera akan terus menjadi bagian penting dari cerita masa depan, yang mencakup berbagai peristiwa politik yang mungkin terjadi di Indonesia. Ingin mengetahui lebih lanjut tentang perjalanan Gedung Ampera Cianjur di masa mendatang? Berikut gambaran singkatnya.

Suatu sore yang cerah, di sudut Gang Gedong Asem Nomor. 182, Penulis bertemu dengan Bapak Tatang, Ketua Penasehat Dewan Kesenian Cianjur. Penulis duduk di ruang utama kediaman Bapak Tatang, Dalam percakapan kami, Bapak Tatang berbagi mengenai asal-usul gedung ini dan perannya yang penting dalam kehidupan seni dan budaya setempat.

Awal Mula Gedung Kesenian Ampera

Gedung Kesenian Ampera tidak selalu dikenal dengan nama itu. Awalnya, gedung ini dibangun sekitar tahun 1930-an oleh komunitas Tionghoa di Cianjur. Pada masa itu, gedung ini berfungsi sebagai tempat pendidikan bagi kaum Tionghoa, menjadi saksi bisu dari dinamika sosial dan politik yang terjadi di Indonesia.

Baca Juga: Gedung Kesenian Baru Bernilai Miliaran Undang Reaksi Seniman Budayawan Jawa Barat

Nama "Ampera" sendiri diambil dari singkatan "Amanat Penderitaan Rakyat", sebuah simbol dari masa gejolak politik tahun 1960-an ketika gerakan mahasiswa dan pelajar, termasuk KAMI dan KAPI, mulai muncul sebagai respon terhadap situasi politik yang ada.

Seiring dengan perubahan politik di Indonesia, terutama setelah gejolak PKI, komunitas Tionghoa yang mengelola gedung ini mengalami pengusiran. Gedung tersebut kemudian diambil alih oleh pemuda-pemuda setempat yang menggunakannya untuk berbagai kegiatan sosial dan budaya. Saat itu, gedung ini juga menjadi tempat bagi organisasi radio amatir yang kemudian berkembang menjadi Radio Pemerintah Daerah (RSPD).

Era Orde Baru, gedung ini digunakan oleh berbagai instansi pemerintah seperti BP7, Dinas Pariwisata, dan Arsip Daerah. Namun, setelah reformasi, banyak instansi yang dipindahkan atau digabung, meninggalkan gedung ini dalam kondisi kosong dan terbengkalai. Melihat potensi besar dari gedung ini, para penggiat seni, termasuk Bapak Tatang dan koleganya, berjuang untuk menjadikan gedung ini sebagai pusat kesenian di Cianjur.

Baca Juga: Benang Merah Masyarakat Pribumi dan Tionghoa di Soekaboemi Tempoe Doeloe

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah