Kreativitas dan Profesionalisme Seniman

10 Oktober 2020, 11:13 WIB
KESENIAN Topeng Benjang dari Ujungberung merupakan salah satu bentuk kreativitas pelaku seni tradisional yang berupaya mempertahankan kesenian tradisional ditengah arus perkembangan zaman.** /Heriyanto Retno

PORTAL BANDUNG TIMUR - Bagi seorang pelaku seni menjadi sebuah keharusan. Karena, proses penciptaan yang juga disebut proses kreatif, merupakan rangkaian kegiatan seorang seniman dalam menciptakan dan melahirkan karya-karya seninya sebagai ungkapan gagasan dan keinginannya.

Proses penciptaan ini tidak terjadi dan diturunkan dari ruang kosong. Tapi pada hakikatnya hanyalah usaha memodifikasi, mengubah ataupun menyesuaikan sesuatu yang telah ada sebelumnya.  Kemampuan 'mencipta' (sesungguhnya hanya milik Tuhan!) inilah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang berkebudayaan.

Yaitu yang memiliki kesadaran untuk mengembangkan kebiasaan hidup, saling berhubungan satu sama lain, dan mampu menyimpan pengalaman atau pengetahuannya sehingga dapat diketahui dan dialami oleh generasi-generasi berikutnya. Termasuk juga pengalaman estetiknya yang dijelmakan dalam (ke)seni(an).

Baca Juga: Psikologis Anak Terhadap Permainan Tradisional

Kemampuan kreatif atau mencipta tersebut sesungguhnya bukanlah sesuatu yang istimewa. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki tiga kemampuan utama, yaitu kemampuan fisik, kemampuan rasio atau akal, dan kemampuan kreatif.

Hanya perimbangannnya saja yang berbeda-beda antara orang per orang.

Tiga kemampuan utama tersebut membentuk kemampuan-kemampuan lainnya yaitu kemampuan gerak, perasaan, dan imajinasi, di mana satu sama lain saling menjelmakan suatu kebulatan yang utuh.

Baca Juga: Angklung Sered Jadi WBTB Indonesia, Mangunreja Tasikmalaya Bangga

Integrasi atau penyatuan yang serasi dari seluruh kemampuan tersebut berpuncak atau menghasilkan apa yang dinamakan intuisi (penghayatan sedalam-dalamnya). Jika salah satu kemampuan diabaikan tentu saja akan menurunkan mutu intuisi seseorang.

Padahal intuisi juga sekaligus menjadi dasar bagi pembangkitan energi kreatif yang menghindarkan manusia terjerembab menjadi robot atau zombie (mayat hidup).

Perkara intuisi inilah yang kerapkali begitu besar dimiliki seorang seniman. Seorang seniman karena kepekaan intuitifnya seringkali berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai arti hidup dan realitas kehidupan secara keseluruhan dengan antitesis yang radikal.

Baca Juga: Ratusan Anak SMK Diamankan Petugas Kepolisian

Sehingga sebagai mahluk historis, seniman senantiasa terus-menerus memulai dan memulai lagi penciptaan. Ia tidak akan memuja-muja masa lampau, tradisi tidak akan menjadi Kitab Sucinya.

Ia juga tidak akan memuja-muja masa depan, futurisisme tidak akan menjadi Kitab Sucinya. Bahkan ia pun tidak akan memuja-muja masa sekarang, kejadian masa kini tidak akan menjadi Kitab Sucinya.

Dengan kata lain, seniman senantiasa melakukan pembaharuan terus-menerus, tak kunjung henti. Bahkan di tengah-tengah hidup dan kehidupan yang ditelikung nihilisme atau ketanpaartian yang melemparkan manusia ke dalam jurang-jurang pengasingan dan kesia-siaan.

Baca Juga: Legenda Sampek Engtay Dalam Kemasan Dramatari Legong Bali

Seniman adalah Sisyphus yang terus mendorong batu ke atas bukit walau tahu sesampainya di puncak bakal jatuh terguling.

Atau dalam kata-kata Theodor W. Adorno sebagaimana dikutip Herman Tjahja dalam majalah kebudayaan Basis edisi September 1986, “Dalam masa ketanpaartian, karya seni dapat melambangkan ‘ketanpaartian’ dengan sangat tepat secara estetis.

Maka, karya seni merupakan ekspresi penuh arti dalam dirinya sendiri tentang ketanpaartian yang ada secara nyata.”

Profesionalisme Seniman

Profesionalisme berasal dan kata profesional yang mempunyai makna yaitu berhubungan dengan profesi dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994).

Baca Juga: Pantai APRA Sindang Barang Cianjur

Sedangkan profesionalisme adalah tingkah laku, keahlian atau kualitas dan seseorang yang professional. “Professional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya.

Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi.

Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi.

Baca Juga: Keindahan Pantai dan Pelestarian Penyu Hijau di Pantai Sindangkerta

“Profesionalitas” adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.

Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu 'keadaan' derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

Profesionalisme dalam berkesenian sangat erat kaitannya dengan 'etos' (semangat kerja) mebangun diri, mendadani diri, keuatan mental dan karakter.

Baca Juga: Profiles in History Akan Melelang Barang Dari Film James Bond

Capable (memiliki kemampuan yang layak/mumpuni), credible (dapat dipercaya orang banyak), dan Acceptable (dapat diterima dengan baik oleh orang banyak .

Kesenian tradisi bukan kitab suci, dan tidak pernah mati, apabila masyarakat pendukungnya menganggap penting keberadaannya. Tradisi akan berubah apabila tidak memuaskan seluruh pendukungnya.

Tradisi tidak akan berubah dengan sendirinya, tetapi member peluang untuk dirubah. Sebagai pewarisnya harus memiliki kemauan untuk memvitalkan kembali, dan adanya kemauan untuk melakukan inovasi. Kata Kuncinya kreativitas.

Baca Juga: Mapag Hujan Gedebage, Puluhan Kubik Eceng Gondok Diangkat

Apa artinya berkreativitas apabila, hasil kreativitas itu tidak bermanfaat baik bagi pelakunya maupun masyarakat penyangganya. Untuk itu, hasil karya seni harus memiliki nilai ideal dan nilai jual.

Dulur – dulur anu sahaté jeung sapamadegan, geus wancina tanghi tong tibra teuing ngeukeupan impian , geura hudang sijago geus kongkorongok sakeudeung deui bray – brayan urang mitembeyan ngawujudkeun impian urang, sabab ieu pasualan bakal balik deui ka diri urang, hayu samiuk sabilulungan ngahijikeun patekadan urang adegkeun papayung nagri anu nyaah tur asih kana budaya, kekel wekel pageuh maneuh nyekel amanah , ngamumule ajen inajen komara sunda, malah mandar kajayaan nu bihari kapetik deui kiwari.

Kudu kumaha jeung kudu ti beulah mana mimitina? Sangkan pakakas anu bihari kawariskeun ka urang saréréa. Pikeun ngungkulan pangaruh budaya deungeun anu ngaruksak moral entragan ngora Kisunda. Cag!.(M. Nana Munajat Dahlan, M.Sn/Pemerhati Budaya Tradisional Jawa Barat)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler