Dedi Mulyadi, Bulog Gagal Jalankan Dua Tugas

26 Maret 2021, 13:23 WIB
Petani menjemur gabah hasil panen pertama dimusim tanam tahun 2021. /Portal Bandung Timur/heriyanto

PORTAL BANDUNG TIMUR - Badan Urusan Logistik (Bulog) dinilai telah gagal melaksanakan dua tugas utamanya. Gabah dan beras hasil petani seharusnya mampu diserap Bulog agar Indonesia tidak selalu harus melakukan impor beras dari luar negeri.

Disampaikan Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi, bahwa Bulog telah gagal melaksanakan tugasnya sebagai badan yang mengurusi logistik. “Saya mencatat dua saja yang gagal dilaksanakan oleh Bulog saat ini dikaitkan dengan ramainya wacana impor 1 juta ton beras,” ujar  Dedi Mulyadi.

Tugas pertama yang gagal dilaksanakan Bulog menurut Dedi Mulyadi adalah ketidakmampuan Bulog untuk menyerap gabah petani sehingga para petani menjual hasil padinya ke tekngkulak. Namun seringkali tengkulak tidak semuanya memiliki modal yang cukup.

Baca Juga: Workshop Kuy Ngobrol Kopi, Kerjasama Disparbud Kabupaten Bandung dan STBA Yapari-ABA  Bandung  

“Banyak tengkulak yang baru bisa membayar setelah penjualan. Sehingga ada titik waktu banyak para petani kecil yang mengalami kekosongan keuangan karena menunggu hasil gabahnya menjadi beras dan laku di pasar,” ujar Dedi Mulyadi.

Sementara tugas dan fungsi Bulog kedua yang gagal dilakukan menurut Dedi Mulyadi adalah tidak maksimalnya menyerap gabah petani. “Daya serap Bulog sangat rendah lebih sering membeli gabah hasil petani kita  di bawah tengkulak, seperti yang terjadi belakang dari petani Rp 4.200 per kilogram, sedangkan Bulog hanya Rp 3.800 per kilogram dengan alasan Bulog hati-hati dalam membeli gabah,” ujar Dedi Mulyadi.

Hal yang cukup membuat miris menurut Dedi Mulyadi kemampuan Bulog untuk menjual beras yang dibeli dari petani. Kondisi ini dibuktikan dengan masih banyaknya stok lama yang tidak bisa keluar atau terjual.

Baca Juga: Sempat Viral, Muhammad Randi Remaja Penderita Meningitis Akhirnya Dirawat di RSUD Soreang  

“Banyak beras lama tak terpakai berarti tak bisa keluar kan. Sehingga mengalami kerusakan,” ujar Dedi Mulyadi.

Hal yang juga disoroti mantan Bupati Purwakarta ini adalah masalah teknologi yang dimiliki Buog. Hingga kini Bulog tidak memiliki gudang dengan tekonologi memadai dalam penyimpanan beras.

“Akibatnya, beras yang disimpan di gudang tidak bisa bertahan lama sehingga mudah busuk. Selama ini, Bulog menyimpan beras hanya dengan mengganjalkan memakai valet sehingga beras tidak bisa bertahan lama,” ujar Dedi Mulyadi.

Terhadap permasalahan saat ini menurut Dedi Mulyadi pihaknya perlu mempertanyakan kinerja Bulog. “Karena beli tak bisa, jual juga nggak bisa, andaikan bisa beli impor, setelah impor tak bisa jual juga. Hal yang juga jadi catatan seperti hasil gabah petani yang mencapai 8 juta ton sekali panen, ternyata hanya mampu terserap atau terbeli 30 persen,” pungkas Dedi Mulyadi yang berharap program food estate atau lumbung pangan nasional. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler