Network
PORTAL BANDUNG TIMUR - Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Jawa dan Bali dengan pelonggaran dampaknya terhadap perekonomian di daerah mulai terasa. Di Kabupaten Subang harga sejumlah kebutuhan pokok mulai merangkak naik sejalan dengan meningkatnya moblitas masyarakat.
“Sejumlah daerah mulai mempermasalahkan kenaikan harga minyak goreng curah. Sebenarnya berdasarkan pantauan kami di lapangan harga sejumlah barang kebutuhan lainnya juga mulai merangkak naik,” ujar Kepala Bidang Perdagangan DKUPP Kabupaten Subang, Nurudin.
Dikatakan Nurudi, tidak hanya minyak goreng curah yang naik saat dalam sepekan terakhir ini. Minyak goreng premium dalam kemasan juga sudah ikut naik.
Kenaikan minyak goreng juga menurut Nurudin, diikuti kenaikan harga cabe merah keriting dan cabe rawit merah. Untuk harga komoditas lainnya naik dikarenakan adanya hambatan padokan dan cuaca buruk saat ini.
Baca Juga: Izin Operasional LAZ ABA Sudah di Cabut, LAZ ABA Ilegal
"Berdasarkan hasil pantauan kami di sejumlah pasar tradisional di Subang, ditemukan adanya lenaikan harga minyak goreng premium dalam kemasan, cabe merah keriting dan cabe rawit merah. Kenaikan harga tersebut, karena dipengaruhi oleh terhambatnya pasokan, akibat cuaca buruk, yang terjadi saat ini," terang Nurudin.
Untuk harga minyak goreng premium dalam kemasan menurut Nurudin, mengalami kenaikan kisaran Rp300 perkilo gram, dari harga Rp16.200 perkilo gram, menjadi Rp16.500 perkilo gram. Kemudian cabe merah keriting naik Rp8.000 perkilo gram, dari sebelum Rp32.000 ribu menjadi Rp40.000 perkilo gram, juga cabe rawit merah dari sebelumnya Rp24.000 perkilo gram naik menjadi Rp25.000 perkilo gram.
Baca Juga: Liga 1 Indonesia, Persib Bandung Meunang Deui Wae
Namun demikian menurut Nurudin, ada beberapa item jenis Kepokmas yang mengalami penurunan harga. Seperti cabe merah besar, cabe rawit hijau, bawang merah, bawang putih super, wortel dan kol.
“Turunnya sejumlah Kepokmas rata-rata di kisaran Rp1.000 sampai dengan Rp4.000 perkilo gram. Penurunan harga umumnya dipengaruhi stok yang melimpah di pasaran, juga bertepatan dengan musim panen di daerah penghasil, juga karena penurunan dayabeli masyaraat," pungkas Nurudin. (heriyanto)***
