Bah Amuy, Minuman Orson dan Gerobak Kecil Sumber Kehidupannya

10 Juni 2023, 17:31 WIB
Bah Amuy jalani profesi jualan minuman Orson dengan sepenuh hati. /Portal Bandung Timur/Fikri Abdul Muiz/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Bagi kebanyakan orang, usia senja merupakan masa untuk menikmati kehidupan. Membebaskan diri dari memikirkan persoalan pekerjaan.

Merasakan ketenangan dan kesenangan. Sudah sepatutnya menghabiskan waktu di rumah, berkumpul bersama keluarga dan menemani cucu-cucunya bermain.

Namun hal itu tidak berlaku bagi seorang pedagang kaki lima yang satu ini. Bah Amuy, begitu kira-kira sapaan akrab pelanggan setianya. Nama aslinya adalah Kamur. Pria usia lanjut berumur 65 tahun.

Puluhan tahun lekat dengan sebuah gerobak kecil berisi minuman sirup bernama Orson. Minuman tradisional yang menjadi favorit anak-anak di sekolah itu menjadi bagian dari kehidupannya. Bagaikan dua magnet yang saling berdekatan. Kesetiaannya pada gerobak tersebut tak sirna sedikit pun.

Pada suatu pagi, jam menunjukkan pukul 8. Mentari semakin terasa panas. Cahaya semangat terpancar sangat jelas dari Bah Amuy. Kedua tangannya memegang erat gerobak kecil berisikan wadah tempat sirup Orson dengan gelas yang tersusun rapi.

Baca Juga: Resep Brownies Kukus Simple dengan Bahan Sederhana

Dari rumahnya di Dusun Cibenda RT 03 RW 04 Desa Cikahuripan Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang, langkah demi langkah beliau tempuh menuju sebuah sekolah dasar. Tempat yang menjadi ladang rezekinya berjualan sirup Orson.

Di atas sebuah kursi yang terbuat dari kayu hasil buah tangannya sendiri beliau duduk. Selembar terpal plastik yang di topang kayu pun menjadi pelindungnya dari teriknya matahari saat melayani pembeli langganan sirup Orson dagangannya.

Sambil menunggu bel istirahat berbunyi, sesekali pandangannya bergerak kiri kanan melihat kendaraan lalu lalang di jalan. Tak jarang juga beliau bertegur sapa dan bertukar informasi dengan sesama pedagang di sana.

Diakuinya, posisinya saat ini tidak diraih secara tiba-tiba. Perjalanan panjang ditempuh oleh Bah Amuy seiring dengan berjalannya waktu. “Pertama kali berjualan sirup Orson yaitu pada tahun 1980-an. Awalnya berjualan di SMP Gudang Tanjungsari selama 5 tahun sampai dengan tahun 1985. Setelah itu berpindah ke SD Cibenda,” ceritanya, ditemui disela melayani pembeli.

Baca Juga: Sampah dan Pa Dede, Akrab dengan Bau Busuk Sampah Demi Kenyamanan Warga

Meskipun demikian, raut wajah bosan tidak pernah beliau tunjukkan. Rasa lelah pun disembunyikan dalam rasa tanggungjawabnya sebagai seorang tulang punggung keluarga.

Dari berjualan sirup Orson, sehari Bah Amuy bisa mendapatkan 150 ribu dengan harga per satu plastik minuman Rp500-Rp1000 rupiah. Modal bahan-bahan untuk berjualan sampai 80 ribu rupiah. Meskipun penghasilannya tidak menentu, Bah Amuy dapat menghidupi keluarganya sehari-hari dari berjualan sirup Orson.

Selain rasanya yang enak dan menyegarkan, setiap pembeli sirup Orson dilayaninya dengan lembut serta sikap yang ramah. Tak jarang juga beliau memberi lebih bahkan gratis sirup Orsonya. Tangan yang sudah keriput itu pun tak pernah bosan untuk selalu memberikan yang terbaik. Bagaikan teduh di siang bolong, begitu gambaran sikapnya bagi sebagian orang.

Bah Amuy berjualan sirop Orson sejak tahun 1980-an ditekuni hingga kini.
Segala rintangan dan tantangan terus dihadapi olehnya. Namun, dengan ketabahan dan kesabaran yang penuh, Bah Amuy terus berusaha dan melakukan berbagai cara untuk mempertahankan kehidupan keluarganya. “Kadang berjualan di tempat yang mengadakan hiburan-hiburan seperti nikahan, karena suka ada dangdut. Suka dagang musiman juga seperti jagung sama peuyeum ketika musim panen singkong,” cerita Bah Amuy tentang peluang untuk mengais rezeki lebih cepat, terbuka baginya.

Semua hiruk pikuk kehidupan selalu beliau hadapi dengan penuh semangat dan tanggungjawab. Tak pernah lelah dalam berdagang. Tidak ada kata menyerah dalam benak Bah Amuy. Beliau menjelaskan selama masih bisa, akan terus berdagang untuk mengais rezeki. Tidak ada kata surut semangat dalam kamus kehidupannya.

Ketekunan, kesabaran, ketabahan, semangat, pantang menyerah, gigih, dan sifat baik lainnya beliau tunjukkan kepada banyak orang bahwa hidup itu keras. Perlu perjuangan dan pengorbanan demi tercapainya sesuatu. Kerasnya kepala belum seberapa dibandingkan dengan kerasnya dunia. (Fikri Abdul Muiz)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler