Perlunya Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini

- 31 Desember 2020, 07:00 WIB
pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti plus, pendidikan yang berorientasi kepada kepribadian seseorang dengan melibatkan penalatan (kognitif), afektif (feeling), dan tindakan (action).
pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti plus, pendidikan yang berorientasi kepada kepribadian seseorang dengan melibatkan penalatan (kognitif), afektif (feeling), dan tindakan (action). /Portal Bandung Timur/Agus Safari/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Pada tulisan kedua, penulis mencoba memaparkan tentang Perlunya Pendidikan Karakter. Karena, pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti plus, pendidikan yang berorientasi kepada kepribadian seseorang dengan melibatkan penalatan (kognitif), afektif (feeling), dan tindakan (action).

Juga pada integrasi nilai-nilai pendidikan karakter dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai pendidikan karakter, baik dalam subtansi materi maupun proses kegiatan pengembangan.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai-nilai, maka dalam prosesnya seluruh komponen harus dilibatkan yaitu kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan kegiatan pembelajaan, pengelolaan kelas, pengelolaan sekolah, pemberdayaan sarana dan prasarana, pembiayan dan etos kerja guru serta tenaga pendidik.

Baca Juga: Undang Undang Pemajuan Kebudayaan dan Program Sunda Masagi

Misi Pembelajaran Karakter yaitu Memberikan pemahaman kepada siswa tentang karakter-karakter unggul. Menanamkan kepada siswa perlunya memiliki karakter-karakter unggul. Membiasakan karakter unggul dalam perilaku sehari-hari.

Sedangkan tujuannya menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga anak menjadi: 1) Paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan yang buruk atau mana yang benar dan mana yang salah. 2) Mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik atau yang benar.3) Mau melakukannya (domain psikomotorik).

Indikator bahwa anak didik memiliki karakter dan mental vokasi yaitu kemampuannya dalam mendayagunakan potensi psikomotorik dalam kehidupan nyata. Anak usia dini dibekali dasar vokasi salah satunya untuk melatih motorik kasar dan motorik halus serta pembentukan mental.

Baca Juga: Seni Budaya Jawa Barat; Konsep dan Realisasi

Penguatan mental dalam menghadapi kehidupan global sangat diperlukan sekali, sehingga vokasi dasar wajib diberikan kepada anak usia dini. Vokasi dasar akan membentuk kecakapan secara personal yang akan tumbuh dan berkembang dalam diri masing-masing anak usia dini. Tumbuh kembangnya anak usia dini harus disertai penguatan karakter; karakter kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pendidikan vokasi pada anak usia Dini menggunakan filosofi yaitu pendidikan yang diberikan kepada anak usia dini berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang. Budaya bangsa Indonesia merupakan budaya agraris, mengandalkan potensi alam sebagai sumber kehidupan.

Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan  keunggulan pertanian harus menjadi penguasa kuat secara domestik, dan harus menjadi devisa negara. Industrialisasi harus berakar kepada sumber alam hayati yang bisa diperbaharu, artinya hasil pertanian harus berkembang ke arah agroindustri dan agrobisnis.

Baca Juga: Industri Perfilman Indonesia Paska Pandemi

Anak usia dini merupakan peserta didik  pewaris budaya bangsa yang harus kreatif. Budaya bangsa Indonesia yang berbasis budaya lokal dan bisa dikembangkan sebagai industrialisasi yaitu hasil pertanian, rempah-rempah dan tanaman bahan herbal, kuliner, serta binatang ternak yang hidup di Indonesia.

Anak usia dini merupakan peserta didik dan pembelajar yang aktif dan memiliki talenta untuk belajar mengenai berbagai hal yang ada disekitarnya. Anak usia dini harus diberi pembelajaran mengenai kreativitas sebagai dasar keterampilan mengolah potensi alam.

Pendidikan vokasi lebih tepat untuk diterapkan pada pembelajran aktif, kreatif, dan inovatif terhadap anak usia dini berbasis pembentukan karakter. Pembelajarannya bisa menggunakan pendekatan saintifik sebagaimana tercantum dalam kurikulum 2013 untuk anak usia dini.

Baca Juga: Nasib Seni Budaya Tradisional Jawa Barat Sulit Bergeming

Pendidikan ditujukan untuk mengembangkan seluruh kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.

Landasan Sosiologis

Kecakapan vokasional dasar anak usia dini hanya diharapkan anak mampu melakukan gerak dasar dengan menggunakan alat sederhana atau simulasi yang biasa dikerjakan orang dewasa, agar anak mampu melalukan kontak sosial dan mampu bekerja sama.

Anak diharapkan mampu bersikap, mampu menggerakan anggota tubuh dengan tujuan tertentu, dan menghargai karyanya serta karya orang lain. Anak usia dini kelak akan menjadi bagian masyarakat, maka diperlukan rasa sosial yang tinggi.

Baca Juga: Makna Dibalik Kotak Topeng

Pendidikan vokasi pada anak usia dini untuk mengembangkan sumberdaya manusia yang berwawasan lingkungan yang dilandasi oleh nilai-nilai budaya dan pemanfaatan potensi lokal. Mempersiapkan generasi emas yang kelak mampu memanfaatkan potensi sumberdaya masyrakat agraris dan kearifan lokal.

Generasi penerus bangsa harus didukung dengan program pendidikan vokasi yeng lebih terencana, terdidik, terlatih, agar menjadi terdepan dalam menghadapi kehidupan global.

Vokasi tumbuh dalam ranah pembelajaran anak bangsa harus berlandaskan filosofis bangsa guna mengembangkan dan membangun potensi lokal untuk masuk ke jaringan internasional.

Baca Juga: Waspada Terhadap Bahaya Provokasi Lewat Sosial Media

Anak-anak desa harus terekspos kemampuannya untuk mampu bersaing dan menghadapi perkembangan dunia.

Ekonomi bangsa kita tumbuh dari masyarakat pertanian, kelautan, kehutanan, dan peternakan sebagai sumber daya alam yang bisa diperbaharui. Sedangkan sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui berupa minyak bumi, besi, tembaga, emas, batu bara, dan gas bumi.

Kedua potensi alam tersebut memerlukan keahlian generasinya untuk mengolah, untuk menjadikan sumber devisa.

Penulis; Cecep Wahyu Hoerudin, praktisi PAUD.

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah