Di Tengah Pandemi, Ziarah Kubur ke Makam Sunan Gunung Jati Tidak Pernah Surut

- 31 Januari 2022, 14:00 WIB
Abdi Dalem Makam tengah membersihkan makam Sunan Gunung Jati  atau Syarif Hidayatullah,   komplek makam Sunan Gunung Jati,  Kota  Cirebon.
Abdi Dalem Makam tengah membersihkan makam Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, komplek makam Sunan Gunung Jati, Kota Cirebon. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

Sunan Gunung Jati (1478-1568), atau Syarif Hidayatullah, yang kini menjadi objek wisata ziarah atau wisata buadaya, merupakan wali paling berpengaruh dalam pengislaman Jawa wilayah bagian barat. Ia juga pendiri dan raja pertama Kasultanan Cirebon.

Gerbang menuju makam utama leluhur  raja-raja Kesultanan Cirebon.
Gerbang menuju makam utama leluhur raja-raja Kesultanan Cirebon.
Kompleks makam seluas 5 hektare yang telah berusia lebih dari enam abad itu terdiri dari sembilan tingkat pintu utama, yakni pintu Lawang Gapura di tingkatan pertama, pintu Lawang Krapyak, Lawang Pasujudan, Lawang Gedhe, Lawang Jinem, Lawang Rararoga, Lawang Kaca, Lawang Bacem, dan Lawang Teratai di puncak kesembilan.

Wisatawan hanya diizinkan berkunjung sampai bangsal Pesambangan, di depan pintu Lawang Gedhe atau di tingkatan pintu keempat. Sementara khusus peziarah dari kalangan Tionghoa, yang ingin berdoa untuk Putri Ong Tien Nio (salah seorang istri Sunan Gunung Jati), disediakan tempat di sebelah barat serambi muka masuk melalui Lawang Mergu.

Sedangkan pintu kelima sampai kesembilan terkunci rapat, hanya sesekali dibuka khusus bagi anggota keluarga Kerajaan Cirebon, atau orang yang mendapat izin khusus dari Keraton Kasepuhan Cirebon, atau pada momen-momen tertentu seperti pada malam Jumat Kliwon, Maulud Nabi, Gerebeg Idul Fitri, dan Gerebeg Idul Adha.

Baca Juga: Kata Robert Alberts, Kunci Kemenangan Persib Bandung Atas Persikabo 1973

Pada waktu-waktu tertentu tersebut, pintu satu hingga pintu ketujuh dibuka untuk umum, tetapi pengunjung tetap dilarang menerobos sampai ke bangsal Teratai, tempat kuburan Sunan Gunung Jati beserta istri-istrinya bersemayam. Di kompleks ini, pengunjung dilarang memotret, apalagi mengambil video.

Upaya yang dilakukan pemerintah melalui Program Revitalisasi dan Renovasi diharapkan bukan hanya mampu menyelamatkan bangunan-bangunan bersejarah di komplek makam Sunan Gunung Jati. Tapi lebih jauh pemerintah mengharapkan perbaikan untuk kenyamanan wisatawan ataupun peziarah melakukan ibadah yang juga diikuti dengan tumbuhnya kesadaran dari masyarakat (pengunjung/peziarah) untuk memelihara bangunnan memeliki nilai sejarah. (heriyanto)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x