Ada juga box tisu seharga Rp45.000, topi Rp.80.000. Sementara tikar menjadi salah satu produk yang ekslusif dengan harga sekitar Rp. 400.000.
Baca Juga: Mengancam Kebebasan Pers, IJTI Desak Pemerintah Hapus Pasal Karet dalam Draft Final RUU KUHP
“Harga-harga tersebut disesuaikan dengan bahan dan proses pembuatannya yang rumit ataukah mudah. Tetapi saat pandemi covid-19, penjualan agak menurun, karena orderan sedikit,” Ucap Evi, kepada penulis beberapa waktu lalu.
Hampir di sepanjang Jalan Raya Rajapolah, kita juga disuguhkan dengan jejeran toko-toko yang menampilkan produk kerajinan tangan yang sangat beragam. Salah satunya ialah Toko Puskud Jabar yang sudah didirikan sejak tahun 1994.
Selain dari para produsen di Rajapolah, ternyata toko ini memiliki beberapa pemasok barang dari luar juga yaitu dari Jawa dan Cirebon. Beragam pemasok, beragam juga produk yang dipasarkan, diantaranya ada sandal, tempat pensil, pas bunga, keranjang buah, kaca, tudung saji, lampu hias.
Strategi pemasaran yang dilakukan yaitu dengan pelayanan yang baik, selalu mementingkan kualitas produk dan yang pasti disukai pembeli yaitu pengurangan harga. Apalagi untuk diperjualbelikan lagi biasanya lebih murah karena toko ini menjual produk dengan harga grosir, jadi berbeda dengan toko lainnya. Sehingga tak heran, jika toko telah mengekspor ke luar negeri, salahsatunya ke Malaysia.
Perkembangan dunia digital menjadikan pemasaran kerajinan lebih mudah dengan jangkauan lebih luas karena dilakukan secara online melalui whatsapp, facebook dan instagram. Untuk belentuk handycarft penjualan terbanyak melalui facebook. Sedangkan Toko Puskud Jabar hanya melalui whatsapp, itu pun hanya produk sandal saja.
Bagi yang berkunjung ke Tasikmalaya, jangan bingung lagi mencari oleh-oleh karna ada kerajinan tangan khas Rajapolah yang siap jadi pilihan. Terlebih kita memang harus melestarikan dan bangga dengan produk lokal. (noni mega lestari)***