Terowongan Sasaksaat,  Bukti Kelam Masa Penjajahan di Cipatat

- 10 Juni 2023, 20:39 WIB
Terowongan Sasaksaat di Desa Sumur Bandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat di buat dengan sistem rodi atau kerjapaksa warga pribumi dan Cina.
Terowongan Sasaksaat di Desa Sumur Bandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat di buat dengan sistem rodi atau kerjapaksa warga pribumi dan Cina. /Portal Bandung Timur/Asri Julianti/

“Dari informasi yang saya dapat, para pekerja yang menjadi korban dikuburkan disekitar terowongan, makanya tidak boleh ada yang sembarangan masuk kedalam sendirian, kecuali dapat izin dari petugas terowongan yang berjaga di pos”, ucap Nisa (22) yang merupakan warga asli Sasaksaat.

Diantara penyebab timbulnya korban jiwa dalam pembangunan terowongan ini ialah kondisi para pekerja yang sudah kelelahan serta longsoran tanah yang menimpa kuli ketika proses penggalian. Letaknya yang berada diantara perbukitan dengan kadar air yang cukup tinggi dengan medannya yang sedikit menanjak, menjadikannya lahan yang rawan longsor.

Baca Juga: Resep Brownies Kukus Simple dengan Bahan Sederhana

Nilai sejarah yang tersimpan dari terowongan ini, tidak dapat dilepaskan dari banyaknya mitos yang menyebar di masyarakat. Mulai dari suara rintihan pekerja, bunyi cangkul yang beradu dengan batuan cadas, hingga hawa panas yang seringkali tiba-tiba keluar dari dalam terowongan, banyak disaksikan oleh penjaga pos terowongan dan juga warga sekitar.

Berbagai kisah mistis ini muncul, semenjak terowongan ini akan dibangun. Sebelum pembangunan dimulai, masyarakat sekitar terlebih dahulu melakukan ritual sesajen agar pembangunan terowongan berjalan lancar dan tidak diganggu oleh makhluk yang dipercaya menguasai bukit.

Kini, ritual yang dilakukan oleh masyarakat di Terowongan Sasaksaat telah menjadi tradisi yang terus dilaksanakan setiap tahunnya. Menjelang hari kemerdekaan RI, warga sekitar melakukan ritual penyembelihan kambing didekat terowongan.

Jasad dari hewan yang disembelih ini tidak dibuang atau disimpan begitu saja di dekat terowongan. Setelah ritual penyembelihan selesai, daging hewan yang disembelih dibagikan kepada warga sekitar.

Pada akhirnya, kisah-kisah kelam yang menggema di Terowongan Sasaksaat tidak lebih berharga dari jasa para kuli yang bekerja hingga tutup usia. Kini, penderitaan yang dialami para pekerja paksa telah sirna, terganti dengan nilai sejarah yang tak ada bandingannya. Kebanggan yang dirasakan oleh masyarakat Sasaksaat terhadap tinggalan bersejarah ini terealisasikan dengan dibuatnya patung pejuang yang membawa bambu runcing di gapura menuju Stasiun Sasaksaat. Monumen ini dibuat untuk mengenang jasa mereka yang terkubur dalam gelapnya lorong Terowongan Sasaksaat. (Asri Julianti)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x