Ngethrift, Bisnis Kelas Teri di Kalangan Anak Muda Untung Kakap

- 22 Mei 2021, 17:00 WIB
Pasar Cimol Gedebage yang kini mulai diburu kalangan anak muda yang keranjingan ngethrift untuk mencari peruntungan jual beli  pakaian.
Pasar Cimol Gedebage yang kini mulai diburu kalangan anak muda yang keranjingan ngethrift untuk mencari peruntungan jual beli pakaian. /Foto : Istimewa

PORTAL BANDUNG TIMUR - Baju bekas ataupun second mungkin selalu diidentikkan kelas bawah, tapi siapa nyana di Gedebage Kota Bandung baju bekas adalah berkah. Baju bekas dalam 5 tahun terakhir adalah komoditi laris dan paling dicari.

Tidak terkecuali dengan kalangan anak muda yang mudah keranjingan akan sesuatu hal baru dan menantang. Kini tengah marak-maraknya jual beli pakaian bekas, mulai dari baju, jaket, sweater, sampe sepatu juga menjadi barang-barang favorit anak muda saat ini.

Dulu si jual beli baju bekas engga ada istilah yang khusus kaya sekarang, kalo dulu mau beli baju bekas bilangnya mau ke Cimol kepanjangan dari Cibadak Mall atau mau ke Gedebage. Tapi dikalangan anak muda sekarang, khusunya kalangan anak mahasiswa, membeli baju bekas memiliki istilah tersendiri, istilah itu sering kita denger dengan kata ‘ngethrift’.

Baca Juga: Kota Bandung ‘Masih’ Banjir, Depan Gedung Sate dan Gedung Merdeka

Kata ‘thrift’, diartikan dengan bagaimana seseorang mengelola barang atau uang dengan se efisien mungkin. Ngak cuma kegiatan membeli baju bekas, kalo sekarang barang apapun yang berbau langka, seperti sepatu khususnya menjadi barang inceran anak-anak muda untuk dibeli atau kemudian dijual kembali.

Awal mula thrifting ini sudah ada sejak abad ke 19 dimana pada masa Revolusi Industri masyarakat ketika hanya menggunakan pakaian sekali pakai saja. Mengingat pada waktu itu harga pakaian sangatlah murah, sehingga banyak masyarakat yang membeli pakaian sekali pakai, pakaian yang sudah mereka gunakan kemudian banyak digunakan oleh para imigran.

Di tahun 1897an, barang bekas ini semakin terfokus dan terorganisir pengelolaanya. Sebagai contoh sebuah shelter bernama Salvage Bridge menampung barang-barang bekas seperti pakaian dan lain sebagainya untuk kemudian didonasikan kepada orang yang membutuhkan.

Sehingga orang-orang yang memiliki pakaian lebih tidak membuangnya. Tetapi mereka memberikannya ke shelter tersebut untuk kemudian didonasikan.

Baca Juga: Underpass Simpang Susun Cileunyi-Tol Cisumdawu, Lancar Arus Lalu Lintas Kawasan Cileunyi Bandung

Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1920 di Amerika terjadi kemiskinan. Dimana ketika itu banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan banyak masyarakat yang tidak dapat memiliki pakaian baru.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x