Prima Yosephine, Jangan Anggap Enteng Campak Karena Bisa Timbulkan Kematian

- 25 Januari 2023, 21:56 WIB
Gejala Campak bisa berupa batuk pilek disertai ruam pada bagian tubuh. Bila tidak segera diobati dapat menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain dan menimbulkan kematian.
Gejala Campak bisa berupa batuk pilek disertai ruam pada bagian tubuh. Bila tidak segera diobati dapat menimbulkan komplikasi dengan penyakit lain dan menimbulkan kematian. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Penyakit Campak bila terjadi komplikasi akan sangat berbahaya menyebabkan diare berat hingga kematian. Sepanjang Tahun 2022 sebanyak 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB).

''Komplikasi Campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan,'' ujar Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan dr. Prima Yosephine dalam keterangan persnya sebagaimana dikutip dari situs resmi kemenkes.go.id.

Secara umum, menurut Prima Yosephine,  gejala Campak dapat berupa demam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit. “Biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal,” tambah Prima Yosephine.

Baca Juga: Ahyudin, Founder Sekaligus Mantan Presiden Yayasan Aksi Cepat Tanggap di Vonis 3 Tahun 6 Bulan

Penyakit Campak menurut Prima Yosephine, disebabkan oleh virus Campak dan penularannya melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung. Dan Campak ini salah satu penyakit yang sangat menular.

“Pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi sehingga imunisasi sesuai jadwalnya harus dilakukan supaya anak-anak terhindar dari Campak. Keadaan di Indonesia 2 tahun terakhir atau hampir 3 tahun sejak terdampak dari pandemi Covid-19 membuat implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi,” terang Prima Yosephine.

Menurut Prima Yosephine, cakupan imunisasi terlihat turun secara signifikan karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak anak tidak diimunisasi. Indonesia sepanjang Tahun 2022 sudah ada 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB).

''Selama tahun 2022 yang lalu,  jumlah kasus Campak yang ada di negara kita memang cukup banyak lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus-kasus ini menyebar di 223 kabupaten kota di 31 provinsi,'' ujar  Prima Yosephine.

Baca Juga: Kemenag Sebut 5 Materi Seleksi Petugas Haji 2023 dengan Skema CAT, Apa Saja

Jumlah kasus Campak di dapat selama kurun waktu 1 tahun dari Januari sampai Desember 2022. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 ada peningkatan yang cukup signifikan kurang lebih 32 kali lipat.

Penyebabnya menurut Prima Yosephie, karena sudah 2 tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin. Sehingga banyak anak-anak yang tidak diimunisasi rutin akibat Covid-19.

“Pemerintah melakukan penguatan surveilans Campak dan Rubella. Jadi kasus yang diduga campak rubella, yaitu pasien yang mengalami demam dan ruam-ruam, harus diambil spesimennya dan diperiksa di laboratorium,” ujar Prima Yosephine.

Dikatakan Prima Yosephine, penguatan surveilans dilakukan dengan segera menemukan kasus suspek campak rubella.  Selain itu untuk segera melaporkan supaya pasien dapat penanganan segera dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

''Pemerintah menargetkan eliminasi campak rubella tahun 2023 secepatnya. Eliminasi itu adalah suatu keadaan di mana kita bisa menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak ini, sehingga tentu tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Tapi dengan adanya kenaikan kasus campak di negara kita tentu mimpi untuk mencapai eliminasi ini menjadi agak sulit untuk bisa merealisasikannya tahun ini,'' pungkas Prima Yosephine. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x