Ciri dan Cara Mengatasi Hyper Independence, Orang yang Suka Menolak Bantuan Orang Lain

- 27 Januari 2024, 05:30 WIB
Ilustrasi Hyper-Independence
Ilustrasi Hyper-Independence /Pixabay.com/KELLEPICS

PORTAL BANDUNG TIMUR - Sikap mandiri bagi kebanyakan orang telah ditanamkan dan dilatih sejak usia dini. Sehingga seiring dengan bertambahnya usia, sikap kemandirian akan tumbuh dengan sendirinya. Namun ada juga sikap yang melekat pada seseorang yang terkesan terlalu mandiri, hingga sulit menerima pertolongan orang lain atau hyper independence.

Sikap menolak terhadap pertolongan orang lain ini, sering disebut dengan istilah hyper-independence. Seseorang dengan hyper-independence akan selalu memaksakan diri untuk menyelesaikan semuanya sendiri. Meskipun akan kelelahan, namun mereka segan meminta bantuan orang lain. Kalaupun ditawari bantuan, mereka tetap menolak.

Skenario yang lebih buruk terjadi ketika seseorang dengan hyper-independence dihadapkan dengan tugas kelompok. Mereka lebih memilih mengerjakan semuanya sendiri, karena tidak ada seorang pun yang bisa menyelesaikan tugas sebaik dirinya.

Dilansir dari laman verywellmind.com, ada Tanda-Tanda Hyper-Independence atau seseorang dengan kemandirian berlebih:

  1. Merasa memiliki kinerja paling baik. Orang dengan kemandirian berlebih merasa dirinya memiliki kualitas kerja yang paling baik. Tidak ada seorang pun di lingkungannya yang memiliki kinerja sebaik darinya.
  2. Menolak meminta atau menerima bantuan. Meski kesulitan dan kewalahan, orang dengan hyper-independence segan menyerahkan urusannya pada orang lain.
  3. Tertutup dan sulit percaya pada orang lain. Mereka yang sangat mandiri kerap kali menutup diri. Mereka enggan membagikan informasi terkait dirinya. Rasa percaya pada orang lain cukup rendah, karena takut dikecewakan atau dikhianati.
  4. Stres atau kelelahan. Orang yang sangat mandiri akan melakukan segala hal sendiri. Sebanyak apapun kewajiban yang harus dikerjakan, ia akan melakukannya sendiri. Padahal, terlalu memforsir diri tentu akan menimbulkan stres dan kelelahan dalam jangka panjang.

Lalu pertanyaannya adakah kaitan antara Hyper-Independence dengan Trauma? Sikap mandiri berlebih bisa jadi merupakan respons yang disebabkan oleh trauma di masa lalu sehingga seseorang menjadi tidak dapat mengandalkan orang lain untuk mendapatkan perlindungan atau dukungan. Namun begitu, tidak semua orang yang memiliki trauma mengalami hyper-independence.

Melansir manhattanmentalhealthcounseling.com, berikut faktor yang menghubungkan hyper-independence dengan trauma:

  1. Merasa tidak layak mendapatkan dukungan dari orang lain
  2. Pernah diabaikan di masa lalu, yang kemudian mengarah pada kemandirian
  3. Tidak percaya orang lain karena pernah diremehkan di masa lalu
  4. Menghindari ketidakpastian setelah pengalaman traumatis

Lalu bagaimana mengatasi sikap Hyper-Independence? Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah Hyper-Independence adalah dengan memulai belajar mengelola rasa kecewa, serta membangun kembali rasa percaya pada orang lain. lalu cobalah untuk menantang diri dengan meminta bantuan kecil pada orang lain.

Yakinlah bahwa dukungan tersedia, uluran tangan selalu ada. Tidak ada salahnya meminta, daripada memforsir dan tersiksa. Sebab pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Jika keadaan belum membaik jua, cobalah konsultasi melalui layanan psikologi.*** (Mahayuna Gelsha Supriyadi/job)

 

Editor: Syiffa Ryanti


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x