Suhu Permukaan Bumi Terus Mengalami Peningkatan, Setiap Tahun Rata Rata Naik 1,45 Derajat Celcius

- 23 Juni 2024, 06:34 WIB
Suhu permukaan globat setiap tahun terus meningkat pada tahun 2023 dilaporkan rata rata naik 1,45 derajat celcius.
Suhu permukaan globat setiap tahun terus meningkat pada tahun 2023 dilaporkan rata rata naik 1,45 derajat celcius. /Tangkapanlayar livemint/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO melaporkan suhu permukaan global telah meningkat dengan cepat. Rata-rata tahunan mencapai 1,45 derajat Celcius pada tahun 2023 dibandingkan dengan baseline setelah era Revolusi Industri.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati pada Ocean and Climate Change Dialogue 2024 yang diselenggarakan oleh United Nation Framework Convention on Climate Change di Bonn, Jerman.

Padahal di tahun 2020 lalu, menurut Dwikorita Karnawati, laporan WMO tentang keadaan iklim global, kenaikan rata-rata suhu global adalah 1,2 derajat celcius. “Hal ini berarti hanya dalam beberapa tahun, ada peningkatan suhu permukaan yang signifikan,” kata Dwikorita Karnawati.

Baca Juga: Banjir Bandang Lahar Dingin di Sumatera Barat Sudah di Prediksi, Ini Kata BMKG

Tahun 2023 menurut Dwikorita Karnawati, tercatat sebagai tahun terpanas, informasi ini hanya dapat diperoleh melalui pengamatan sistematis untuk fenomena kebumian. “Tanpa pengamatan kebumian yang sistematis, informasi yang diberikan bisa menyesatkan atau salah. Pengamatan kebumian yang sistematis ini diperlukan baik di tingkat nasional, regional, maupun global," kata Dwikorita Karnawati, sebagaimana dikutip dari situs resmi BMKG.

Dikatakan Dwikorita Karnawati pengamatan sistematis sangat dibutuhkan untuk berbagai keperluan. Diantaranya, untuk memberikan data dukung dalam aksi adaptasi iklim, aksi mitigasi iklim, atau keputusan atau kebijakan apa pun terkait mitigasi dan adaptasi iklim.

Pengamatan sistematis tersebut, lanjut dia, harus juga diikuti oleh tindakan yang sistematis di segala lini agar dampak panas ekstrem tersebut dan dampak perubahan iklim lainnya dapat ditangani secara efektif.

Dicontohkan Dwikorita, informasi mengenai fenomena El Nino yang menyebabkan kenaikan panas laut yang meluas di Pasifik tropis bagian timur merupakan hasil pengamatan kebumian sistematis yang didukung juga oleh pemantauan satelit.

Baca Juga: Iklim Sedang Tidak Baik-baik Saja, Fenomena Aphelion Sedang Terjadi

Selain itu, prediksi Food and Agriculture Organization (FAO) mengenai ancaman krisis pangan pada tahun 2050 mendatang juga merupakan hasil dari pengamatan kebumian yang sistematis secara global, nasional, dan lokal. Singkatnya, tambah dia, pengamatan sistematis tersebut, memungkinkan seluruh negara di dunia untuk melakukan analisis dan prediksi lebih lanjut.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: bmkg.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah