Perbedaan Penetapan Waktu Idul Fitri dan Idul Adha, Serahkan Pada Ahli Fikih

- 28 Juni 2023, 07:11 WIB
Ilustrasi penetapa Idul Fitri dan Idul Adha. sudah menjadi sunatullah manusia diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berbeda beda.
Ilustrasi penetapa Idul Fitri dan Idul Adha. sudah menjadi sunatullah manusia diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berbeda beda. /Foto : Pixabay/

PORTAL BANDUNG TIMUR - “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” 

“Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surah  Al Hujurat  ayat ke 13 selalu menjadi dikutip oleh Imam maupun Khatib terkait dengan masalah perbedaan ataupun silang pendapat terhadap suatu pandangan. Termasuk perbedaan mengenai penetapan Idul Fitri maupun Idul Adha yang sudah kerap terjadi,” ujar Ustad Didi Saefulloh seorang ulama di Palasari Kecamatan Cibiru Kota Bandung terkait dengan ramainya perdebatan masalah penetapan waktu 1 Djulhijjah 1444 Hijriah dan Idul Adha 2023.  

Disampaikan Ustad Didi Saefulloh, sudah menjadi sunatullah manusia diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berbeda beda. “Baik secara fisik maupun psikologis, laki-laki maupun perempuan, termasuk dilahirkan menjadi orang dari suku bangsa mana juga manusia tidak bisa menentukan,” ujar Ustad Didi Saefulloh.

Baca Juga: INI, Lokasi Sholat Idul Adha 1444 Hijriah di Kota Bandung Rabu 28 Juni 2023

Karenanya perbedaan sudah sepatutnya tidak dipermasalahkan. Baik perbedaan pendapat ataupun padangan, perbedaan pilihan, perbedaan pandangan politik merupakan suatu hal yang lumrah. “Termasuk dalam penetapan 1 Syawal ataupun 1 Dzulhijjah, perbedaan Idul Fitri dan Idul Adha tidak perlu lagi jadi bahan perdebatan yang senantiasa berulang-ulang setiap tahun,” ujar Ustad Didi Saeffuloh.

Disampaikan Didi Saefulloh, sangat menarik ulasan yang disampaikan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah Cirebon, KH Yahya Zainul Ma'arif atau akrab disapa Buya Yahya, terkait dengan penetapan 10 Dzulhijjah 1444 Hijriah yang bertepatan dengan pelaksanaan sholat Idul Adha 1444 Hijriah. “Disampaikan Buya Yahya di Al Bahjah TV dan di share di sejumlah platform media sosial, menetapkan tanggal 1 bulan Ramadhan atau bulan lainnya yaitu dengan hilal, rukyatul hilal, melihat rembulan, atau yang menggunakan hisab, ada hitungannya," ujar Buya Yahya di Al  Bahjah TV.

Disampaikan Buya Yahya, sejak dulu ulama berbeda pendapat tentang penetapan waktu. “Apalagi pada masa lalu dimana alat komunikasi belum secangih sekarang ini, perbedaan pendapat bisa sampai 2 hari,” ujar Buya Yahya.

Baca Juga: JADI, Cuti Idul Adha 1444 Hijriah-2023 Masehi di Tambah 2 Hari

Berdasarkan Mazhab Maliki dan beberapa mazhab lain seperti Mazhab Hanafi dan Hambali, menurut Buya Yahya, menetapkan jika tanggal 1 bulan Hijriyah ada di suatu tempat, maka tempat lain boleh menyeragamkan tanggal 1 itu. "Jadi tidak ada perbedaan mutlak, tidak ada perbedaan tanggal, misal di Indonesia sudah terlihat hilal tanggal 1, maka dunia semua boleh mengikuti. Ini pendapat Imam Malik," ujar Buya Yahya.

Sementara, Mazhab Syafi'I memiliki pandangan tanggal 1 mengikuti hilal di suatu tempat.  "Dalam Mazhab Syafi'i ada perbedaan mutlak. Rembulan dilihat tempat keluarnya rembulan, jika sebuah wilayah terlihat rembulan berbeda, malah berbeda juga tanggal satunya," terang Buya Yahya.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x