Ini Penjelasan BMKG, Siang Terik Malam Dingin

- 25 Juli 2021, 12:32 WIB
Udara terik Kota Bandung dilihat dari di perbukitan Tugu Kecamatan Cimaenyan Kabupaten Bandung.
Udara terik Kota Bandung dilihat dari di perbukitan Tugu Kecamatan Cimaenyan Kabupaten Bandung. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Udara Kota Bandung dan sekitarnya serta di wilayah Pulau Jawa pada siang hari terasa panas terik, sementara pada malam hingga pagi terasa dingin. Fenomena suhu saat ini terjadi normal setiap  bulan-bulan puncak musim kemarau antara Juli hingga September.

“Fenomena suhu udara dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau (Juli - September). Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau, dimana periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia,” terang Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Herizal.

Disampaikan Herizal, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

Baca Juga: Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Kunjungi Tempat Isolasi Wisma Atlet di Stadion Jalak Harupat

"Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," jelas Herizal, sebagaimana dikutip dari laman bmkg.go.id.

Selain dampak angin dari Australia, menurut Herizal, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. “Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” ungkap Herizal.

Tak hanya itu, menurut Herizal langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. "Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari dan hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari," papar Herizal.

Baca Juga: Covid-19 Harian Kota Bandung, Lebih 500 Kasus di Kiaracondong dan Bojongloa Kaler

Mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam, Herizal mengatakan bahwa posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan.

Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. "Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau, hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia," ujar Herizal.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x