Fenomena Dipole Mode Samudera Hindia, Waspadai Bencana Hidrometeorologi

- 30 Juli 2022, 06:08 WIB
Pengendara sepeda motor menerjang genangan air di Jalan Kopo Citarip Kota Bandung.  Hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi masih akan terjadi di sejumlah wilayah karena fenomena  Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia .
Pengendara sepeda motor menerjang genangan air di Jalan Kopo Citarip Kota Bandung. Hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi masih akan terjadi di sejumlah wilayah karena fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia . /Portal Bandung Timur/hp siswanti/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Masih aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan sebabkan hujan masih turun di sejumlah wilayah Indonesia. Fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat meskipun telah memasuki musim kemarau.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Meteorologi, Guswanto di Jakarta, terkait hujan yang masih mengguyur sejumlah wilayah Indonesia dengan intensitas ringan hingga lebat meskipun telah memasuki musim kemarau.  

“Fenomena La Nina pada bulan Juli ini diidentifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah, kondisi tersebut masih turut berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia," terang Guswanto sebagaimana dikutip dari situs resmi bmkg, Sabtu 30 Juli 2022.

Baca Juga: Meriah, Pergantian Tahun Baru Islam 1444 Hijriah di Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi

Dikatakan Guswanto, Fenomena Dipole Mode di wilayah Samudra Hindia saat ini juga menunjukkan indeks yang cukup berpengaruh dalam memicu peningkatan curah hujan terutama di wilayah Indonesia bagian barat. 

Dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan, yaitu; MJO (Madden Jullian Oscillation), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby yang terjadi pada periode yang sama.

"Adanya pola belokan angin dan daerah pertemuan serta perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di sekitar Sumatera bagian selatan dan di Jawa bagian barat juga mampu meningkatkan potensi pembentukan awan hujan di wilayah tersebut didukung dengan anomali suhu muka laut positif yang dapat meningkatkan potensi uap air di atmosfer," papar Guswanto.

Baca Juga: Polresta Bandung Ungkap Home Industri Miras Oplosan Bermerek Miras Impor

Menurut Guswanto, meskipun saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, namun, karena adanya fenomena-fenomena atmosfer tersebut memicu terjadinya dinamika cuaca yang berdampak masih turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

Untuk wilayah Jabodetabek Guswanto mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Hujan terjadi pada siang-sore hari terutama di wilayah barat, timur, dan selatan.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah