Raden Ayu Lasminingrat Jadi Ilustrasi Google Doodle, Ini Sepak Terjangnya Bagi Tanah Priangan

29 Maret 2023, 12:15 WIB
Ilustrasi Google Doodle hari ini menampilkan Ayu Lasminingrat pelopor pendidikan di tanah Priangan. /Sumber : Google/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Ilustrasi Google Doodle pada hari ini, Rabu 29 Maret 2023 menampilkan sosok perempuan pelopor dunia pendidikan di tanah Priangan Raden Ayu Lasminingrat. Puteri dari Raden Haji Muhamad Musa Kepala Penghulu Kabupaten Garut, pendiri Sekolah Raja pertama di Kabupaten Garut dan bahkan di tanah Priangan.

Google memandang  ulang tahun ke 169 Raden Ajoe Lasminingrat perlu dirayakan karena menilai  Raden Ayu Lasminingrat sebagai pelopor yang membuka jalan bagi generasi perempuan Indonesia, khususnya di tanah Priangan di masa depan.

Dalam sejumlah literatur sejarah, disebutkan Raden Ayu Lasminingrat lahir pada tahun 1843 di Kabupaten Garut.  Ayah Raden Ayu Lasminingrat adalah Raden Haji Muhammad Musa, Kepala Penghulu Kabupaten Garut dan juga penasehat pemerintah zaman Belanda.

Kakek Raden Ayu Lasminingrat atau ayah dari  Raden Haji Muhammad Musa adalah Raden Ranggasoeria Adikusumah seorang Patih Kabupaten Limbangan.  Tahun 1852 Raden Haji Muhammad Musa diangkat menjadi mantra gudang, dan 3 tahun kemudian diangkat menjadi Hoofd atau Penghulu (penghulu besar) Kabupaten Limbangan.

Baca Juga: Panwaslu Regol Ingatkan Parpol Tidak Memanfaatkan Momentum Bulan Suci Ramadan untuk Berkampanye

Raden Haji Muhammad Musa, selain dikenal sebagai Penghulu Bintang Limbangan, juga memiliki enam orang istri. Raden Haji Muhammad Musa, yang sudah sejak kecil pergi ke Mekkah memperdalam ajaran agama Islam, memiliki 17 orang putra-putri, salah seorang diantaranya, Raden Ajoe Lasminingrat dari Istri ketiga Raden Ayu Rija.

Raden Ayu Rija ibu Raden Ayu Lasminingrat adalah puteri dari Raden Sastraoadja keturunan dari keluarga Dalem Sawidak Sukapura,Raden Singadiprana.Raden Ajoe Lasminingrat merupakan anak pertama dari 4 bersaudara, adiknya Raden Ayu Ratnaningroem istri Raden Rangga Danoewidjaja seorang Wedana Mangunreja, kemudian Nji Raden Poerbakoesoemah istri Raden Kartadilaga Camat Sukaraja Mangunreja, dan Raden Ajoe Lenggana Kencana istri dari R.M. Subur seorang putra Regent Cirebon.

Pada tahun 1860an, Raden Haji Muhammad Musa menitipkan Raden Ayu Lasminingrat  ke  Levyssohn Norman  seorang Kontroleur Levisan orang Belanda di Kabupaten Sumedang. Karena pada masa itu belum ada sekolah khusus perempuan di wilayah Priangan khususnya Kabupaten Garut.

Baca Juga: Gempa Bumi Tektonik Dangkal Guncang Kawasan Pegunungan Papua

Dari Levyssohn Norman,  Raden Ayu Lasminingrat belajar, menulis, membaca, berbahasa Belanda, dan pengetahuan lain yang berhubungan dengan rutinitas perempuan.  Karena mendapatkan didikan lebih khusus, Raden Ayu Lasminingrat memiliki otak cerdas, kemauan keras, cita-cita tinggi, dan tekun belajar, segala pengetahuan yang diperolehnya dengan cepat dapat dikuasainya.  

Pada masanya Raden Ayu Lasminingrat menjadi perempuan Sunda pertama di tanah Priangan yang fasih bercakap-cakap dalam bahasa-Belanda dengan orang-orang Belanda yang berada di Garut.

Namun semangat menuntut ilmunya yang kuat dan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa bangkit dari jiwa Raden Ayu Lasminingrat, pada tahun 1865 tersendat karena Raden Haji Muhammad Musa ayahnya meningkahkan Raden Ayu Lasminingrat dengan Raden Tamtoe Somadiningrat atau Pangeran Soegih saat usianya masih 17 tahun. Namun pernikahannya hanya berlangsung beberapa tahun karena Pangeran Soegih meninggal akibat menderita sakit.

Usai kematian Pangeran Soegih suaminya, Raden Ayu Lasminingrat bersama Nyi Raden Aminah Rajapomerat putrinya diminta Raden Haji Muhammad Musa ayahnya diminta untuk pulang kembali ke Limbangan, Garut dan didekatkan dengan Raden Djenon calon Bupati Garut yang kemudian dikenal dengan sebutan RAA Wiratanudatar VIII sebagai Dalem Bintang Bupati Garut.  Puteri Raden Ajoe Lasminingrat, Nyi Raden Aminah Rajapomerat kelak istri R.A.A Soeriadipoetra, Bupati Lebak, Putra Raden Soeria Nataningrat.

Raden Ayu Lasminingrat (tengah) saat berfoto bersama dengan suaminya Raden Djenon atau RAA Wiratanudatar VIII Bupati Garut yang dikenal sebagai Dalem Bintang Bupati Garut.
Usai kembali ke  Limbangan Garut, Raden Ayu Lasminingrat melakukan menulis serta menterjemahkan buku-buku bahasa Belanda kedalam bahasa Sunda sebagaimana yang dilakukan Raden Haji Muhammad Musa ayahnya dan kedua saudaranya Kartawinata dan Lenggang Kencana. Sejumlah karya Raden Ayu Lasminingrat yang disandur dan diterjemahkan dari bahasa Belanda ke dalam bahasa Sunda diantaranya Tjarita Erman dan buku carita Warnasari sebanyak 2 jilid.

Kedua buku karya Raden Ayu Lasminingrat berupa kumpulan buku cerita dari buku Vertelsels het wonderland voor kinderen, klein en groot karangan von Grimm dan J.A.A. Goeverneur menjadi bahan bacaan dan bahan ajar membaca.

Pada tahun 1874 bersama Raden Haji Muhammad Musa ayahnya Raden Ayu Lasminingrat mendirikan Bijzondere Europeesche School atau Sekolah Eropa untuk anak bumi putra dan anak Eropa laki-laki dan wanita. Namun untuk mendapatkan murid di sekolah yang didirikan ayahnya dengan dirinya bukan perkara mudah.

Hal ini terutama disebabkan oleh pengaruh adat lama yang beranggapan bahwa kaum wanita tidak perlu memperoleh pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, Raden Ayu Lasminingrat pertama-tama mengerahkan anak-anak gadis sanak saudaranya dan anak-anak gadis para pegawai negeri untuk menjadi murid sekolah yang didirikannnya.

Demikian juga dengan tenaga pengajarnya, mereka adalah keluarga Raden Ayu Lasminingrat, yaitu Surianingrum (kemenakan), Raden Rajakusumah (cucu), dan Murtiah, seorang guru yang didatangkan dari Bandung.

Baca Juga: Bikin Seller Dapat Omzet Terbesar dan Keuntungan Terbanyak, Simak Marketplace Pilihan pada Ramadan 2023

Gaji dua guru Eropa yang mengajar di sana dibayar oleh para pemuka masyarakat setempat. Sekolah itu adalah satu dari sedikit sekolah yang menerima anak-anak Eropa dan Bumiputra untuk belajar bersama, dan juga merupakan satu dari sedikit sekolah yang membolehkan anak laki-laki dan perempuan belajar bersama.

Muridnya sekitar seratus orang. Sejak 1876 sekolah tersebut menerima subsidi pemerintah sebesar 100 gulden perbulan. Mendapat dukungan dari RAA Wiratanoedatar VIII Bupati Garut, sekolah yang dirintis berkembang dan hal ini mempertemukan Raden Ayu Lasminingrat dengan tokoh pergerakan pendidikan Raden Dewi Sartika.

Pada tahun 1903 Raden Ajoe Lasminingrat yang meminta RAA Wiratanoedatar VIII suaminya untuk membujuk Bupati Bandung RAA Martanegara untuk menyetujui pendirian sekolah khusus perempuan. Pada tahun 1904 Sekolah Kautamaan Istri di lingkungan Pendopo Kabupaten Bandung.

Bupati Bandung RAA Martanagara kala itu berucap, “Nya atuh Uwi, ari Uwi panteng jeung kekeuh hayang mah, mugi-mugi bae di makbul ku Allah nu ngawasa sakuliah alam. Urang nyoba-nyoba nyien sakola sakumaha kahayang Uwi. Pikeun nyegah bisi aya ka teu ngenah di akhir, sakolah teh hade lamun di pendopo wae heula.Lamun katanyaan henteu aya naon-naon, pek bae ngalih kanu sejen.”

Baca Juga: Pakaian Bekas Impor Senilai Rp80 Miliar Dimusnahkan

Pada tanggal 16 Januari 1904, Sekolah Keutamaan Istri didirikan Dewi Sartika atas jasa Raden Ayu Lasminingrat. Untuk sementara berlokasi di Paseban Wetan di lingkungan Pendopo Dalem Kabupatian Bandung dengan jumlah murid 20 orang.

Pada tahun 1905 jumlah murid yang mendaftar meningkat sebanyak 60 orang. Hingga akhirnya proses belajar mengajar dari Pendopo Bupati Bandung dipindahkan ke Jalan Ciguriang, Kebon Cau.

Bersamaan dengan terus berkembangnya Sekolah Keutamaan Istri, pada tahun 1907 Raden Ayu Lasminingrat membuka cabang di Kabupaten Garut. Selain di Kabupaten Garut, juga di Ciamis, Bogor, serta Serang (yang waktu itu masih masuk wilayah Jawa Barat), serta ke luar Jawa Barat di  Jawa dan Madura hingga ke Sumatera Barat. Pada tahun 1914 nama Sekolah diganti menjadi Sakola Raden Dewi.

Dalam Almanak Rakyat menulis, Sekolah Keutamaan Istri yang dikelola Raden Ayu Lasminingrat untuk memajukan perempuan pribumi. “Ieu sakola anjeunana diangranan Kaoetamaan Istri, moeridna geus leuwih ti 200. Kelasna aja 5, pangajarana roepa-roepa.” (Ini sekolah dinamakan Kautamaan Istri, karena muridnya lebih dari 200. Kelas ada 5 dan pelajarannya bermacam-macam).

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Keluarkan SE Terkait Pemberian THR 2023, Ini Aturannya

Sekolah Keutamaan Istri yang dikelola Raden Ayu Lasminingrat yang bersifat kelokalan berkembang ke Garut Wetan, Cikajang dan Bayombong dan pada tahun 1911 diakui pemerintah Hindia Belanda serta  Raden Ajoe Lasminingrat mendapat penghargaan berupa Gouden Ster atau Bintang Emas.

Untuk mendapatkan pengakuan, Raden Ayu Lasminingrat ditemani oleh Dokter Meulder menghadap Gubernur Jenderal di Istana Bogor untuk memohon restu. Usaha Raden Ayu Lasminingrat berhasil dan sekolah yang dikelolanya disahkan sebagai suatu organisasi yang disebut Vereeneging Kautamaan Istri Scholeh dengan akte nomor 12 tanggal 12 Februari 1913.

Dimasa Perang Kemerdekaan diusia yang sudah tidak lagi muda, Raden Ayu Lasminingrat terpaksa harus mengungsi ke wilayah perbukitan Waas Pojok, Bayongbong Kabupaten Garut dan menetap cukup lama.Karena kondisi yang sudah sepuh dan mulai terserang penyakit, Raden Ajoe Lasminingrat dibawa pulang ke kota Garut.

Raden Ayu Lasminingrat menetap dirumah kerabat ibunya dari lingkungan  keluarga Menak Sukapura di Jalan Tangsi Kota Garut. Pada 10 April 1948 di usia ke 94 tahun, Rade Ajoe Lasmingrat wafat dan dimakamkan disamping makam Raden Djenon  atau RAA Wiratanudatar VIII Dalem Bintang Bupati Garut di pemakaman keluarga besar  Raden Haji Muhammad Musa samping Mesjid Agung Garut Jalan Kabupaten Kota Garut, Kabupaten Garut.***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler