PORTAL BANDUNG TIMUR – Perusahaan Umum Daerah Pasar Juara diminta segera tangani permasalahan sampah di pasar-pasar Kota Bandung yang kembali menumpuk. Perumda Pasar Juara diminta segera berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan pemerintahan kewilayahan untuk melakukan penanganan sampah di kawasan pasar.
Hal tersebut disampaikan Ema Sumarna terkait dengan kondisi sampah yang kembali menggunung di sejumlah TPS pasar Kota Bandung. “Kalau ini dibiarkan, apa kota ini mau jadi lautan sampah? Tentu saja tidak. Jadi saya minta ini Pak Camat segera berkoordinasi dengan Perumda Pasar dan DLH Kota Bandung,” tegas Ema Sumarna.
Dikatakan Ema Sumarna, dengan masih berada pada Masa Darurat Sampah Kota Bandung, yang diperpanjang sampai 29 Oktober mendatang, aparat kecamatan dan Perumda Pasar Juara diminta segera berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup untuk melakukan penanganan sampah di TPS Pasar. “Selain itu saya meminta komitmen dari Perumda Pasar Juara dan juga aparat kewilayahan kecamatan maupun kelurahan, dalam penanganan sampah,” tegas Ema Sumarna.
Untuk mengurangi tonase sampah yang dibuang ke TPA, sejak dari rumah, Ema Sumarna meminta agar masyarakat sudah memilah sampah menjadi unorganik dan sampah organik. Kedua jenis sampah tersbut ditangani sendiri di hulu, oleh setiap rumah tangga, sementara yang dibuang ke TPS hanya sampah residu.
Pada kesempatan tersebut Ema Sumarna mengatakan bahwa dari 135 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) ada 38 yanga masih overload.
Merespons hal itu, Ema menyatakan penyelesaian masalah sampah yang melebihi kapasitas TPS, mesti melalui edukasi kepada masyarakat. “Kita akan genjot penyelesaiannya. Utamanya, penyelesaian masalah sampah di hulu melalui edukasi,” ujar Ema Sumarna.
Baca Juga: Ini Kata Ema Sumarna Tentang Sampah Menumpuk di Gedebage
Dijelaskan Ema Sumarna, edukasi ini berupa cara masyarakat mengolah sampahnya secara mandiri rumahnya masing-masing. “Kita memang harus mengubah perilaku. Di rumah bisa menyediakan Lodong Sesa Dapur (Loseda) bisa memilah sampah organik. Bahkan kalau bikin sendiri di rumah lebih murah, sehingga mereka mulai selesaikan sampah sendiri,” papar Ema Sumarna.
Dikatakan Ema Sumarna, hingga saat ini untuk mengedukasi masyarakat dalam hal mengelola sampah masih menemui kendala. “Masyarakat belum maksimal. Mereka masih Pragmatis. Padahal TPS itu hanya boleh untuk sampah residu. Organik anorganik harus diselesaikan masing-masing,” pungkas Ema Sumarna. (syiffa ryanti)***