Cimahi Kota Syarat Makna

24 Oktober 2020, 20:39 WIB
SEORANG seniman tengah mempersiapkan kendaraan untuk kegiatan Kirab Budaya Ngarak Cai dan Ngalokat Cai Cimahi dalam rangkaian Festival Air 2020 yang diselenggarakan Dewan Kebudayaan Kota Cimahi dan Bandoengmooi, pada Minggu 25 Oktober 2020.*** /Heriyanto Retno

PORTAL BANDUNG TIMUR.-

Makna filosofi dan sejarah Kota Cimahi belum banyak digali untuk menjadi bagian kebanggaan masyarakatnya. Latar belakang  kebudayaan Kota Cimahi menjanjikan untuk dijadikan destinasi wisata budaya dan religious.

Ketua Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC), Hermana MT, mengungkapkan sejarah panjang Kota Cimahi sebagai Kota Militer lebih dikenal ketimbang sejarah berlatarbelakang filosofi dan nilai-nilai peradabab.

Dipandang dari asal-usul kata, dalam bahasa Sunda, Cimahi terdiri dari dua suku kata yaitu Ci dan Mahi yang memiliki arti Ci berarti cai (air) dan Mahi mengandung makna cukup, yang berarti, Cimahi adalah berkecukupan air,” terang Hermana yang juga ketua komunitas seni budaya Kota Cimahi, Bandoengmooi, Sabtu 24 Oktober 2020.

Baca Juga: Re-BUNG Menjaga Benang Merah Ekspresi Perupa Jawa Barat

Sementara dalam bahasa Sansakerta, menurut Hermana, kata Ci mengandung arti kilauan cahaya dari permukaan air atau energi,  dan Mahi, mengandung arti bumi. Dalam bahasa Sannsakerta Cimahi mengandung arti pancaran cehaya bumi atau bisa disebut juga energi bumi.

Kata Ci juga, menurut Hermana, ditemukan dalam bahasa Cina. Ci disini juga mengandung arti energi. Sedangkan kata Mahi dalam bahasa Arab merupakan salah satu sebutan bagi Nabi Muhammad SAW,  Al-Mahi yang berarti penghapus atau pembersih.

“Menulusuri asal usul kata Cimahi tentu bukan sekedar mengada-ngada. Tapi merupakan analisi empiris bahwa kubudayaan kita sangat dipengaruhi 4 kebudayaan besar, yaitu kebudayaan India, Arab, Cina dan Barat (Amerika dan Eropa), sehingga berpengaruh juga pada penggunaan kata, nama-nama orang dan tempat,” kata Hermana.

Baca Juga: 1.084 Disabilitas Siap Ikut Mencoblos

Lanjut Hermana, dari paparan asal usul kata menunjukan bahwa falsafah Cimahi tidak lepas dari unsur air. Bahkan secara geografis Cimahi dilintasi atau terbelah  aliran sungai besar bernama sungai Cimahi dan dari nama sungai itulah nama Kota Cimahi diambil.

“Sungai Cimahi adalah sejarah Kota Cimahi, maka sebagai bagian dari masyarakat dan  ketua DKKC saya ingin pemerintah dan masyarakat Kota Cimahi berdayakan Sungai Cimahi khusunya yang ada kawasan komplek Pemkot Cimahi. Kita bangun kembali peradapan melalui sungai itu sebagaimana raja-raja kita dulu, sungai menjadi salah satu urat nadi bangun perekonomian,” papar Hermana.

Bertolak dari latarbelakang sejarah maupun filosofi Cimahi, menurut Hermana, pihaknya bersama Bandoengmooi dan Dewan Kebudayaan Kota Cimahi (DKKC) mencoba mengangkat nilai-nilai filosofi Cimahi yang tidak lepas dari unsur air dalam sebuah kegiatan bertajuk Festival Air 2020. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk Kirab Budaya Ngarak Cai dan Ngalokat Cai Cimahi.

Baca Juga: Sosok Pria Terkaya di Asia, Mukesh Dhirubhai Ambani

“Kegiatan digelar pada  24 dan 25 Oktober 2020 merupakan kegiatan istimewa karena dilasanakan bertepatan dengan bulan Maulid, bulan Kelahiran dan wafatnya Nabi Muhammad SAW, sang Al-Mahi (penghapus/pembersih).  

Rangkaian peristiwa budaya yang diangkat berhungan dengan air, seperti Ngabungbang, yang berhungan dengan pembersihan diri, melakukan mandi malam di tujuh sumber mata air dan pencucian pekakas yang dianggap pusaka oleh masyarakat,” ujar Hermana. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno

Terkini

Terpopuler