81 Industri di Karawang Masih Buang Limbah ke DAS Citarum, Cilamaya dan Cileungsi

- 18 Juli 2021, 09:50 WIB
Air sungai Cipamokolan di pintu air Rancacili, Kel. Derwati Kec. Rancasari Kota Bandung yang berwarna hitam pekat dan mengeluarkan aroma menyengat pada Agustus tahun lalu.
Air sungai Cipamokolan di pintu air Rancacili, Kel. Derwati Kec. Rancasari Kota Bandung yang berwarna hitam pekat dan mengeluarkan aroma menyengat pada Agustus tahun lalu. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Dinas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Jawa Barat gelar Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan Daerah (Properda), bimbingan teknis instalasi pengolahan air limbah (IPAL), serta coaching clinic IPAL 2021. Program menyasar 248 pelaku industri yang ada di 12 kota/kabupaten di sepanjang Daerah Aaliran Sungai Citarum, Cilamaya, dan Cileungsi. 

"Tujuan membina para pelaku usaha/kegiatan sehingga taat dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan sesuai peraturan perundangan. Smentara untuk sasaran peserta pelaku usaha/kegiatan dari 27 Kabupaten/Kota, DLH Provinsi Jawa Barat dan DLH 27 Kabupaten/Kota  dengan jumlah peserta sebanyak 500 orang kurang lebihnya dalam dua hari pelaksanaan," jelas Kepala DLH Jabar, Prima Mayaningtias.

Disampaikan  Prima Mayaningtias, pencemaran limbah industri di DAS Citarum, Cilamaya dan Cileungsi hingga kini masih berlangsung. Berdasarkan hasil koordinasi dengan DLH Karawang, di sana terdapat 81 industri di Karawang yang masuk ke DAS Citarum dengan berbagai jenis industri diantaranya kertas, tekstil, makanan, kimia, dan lainnya.

Baca Juga: Rendah Pelaksanaan Vaksinasi di Jawa Barat, Presiden Meminta Dipercepat

“Badan air penerima limbah dari industri tersebut di antaranya sebanyak 32 industri langsung ke Sungai Citarum dan 49 lainnya melalui anak sungai di DAS Citarum. DLH Karawang memiliki tim patroli sungai yang melakukan patroli setiap hari yang bersinergi dengan Satgas Citarum Harum dan rutin melakukan patroli bersama menyusuri Sungai Citarum," ujar Prima Mayaningtias.

Terkait dengan kondisi air sungai berwarna hitam yang nampak secara visual, menurut Prima Mayaningtias, bisa disebabkan karena sedimen yang sudah akumulasi dalam waktu yang lama berwarna kehitaman. Ketika memasuki musim kemarau terjadi penurunan muka air  sehingga sedimen nampak terlihat dan mempengaruhi pandangan/visual terhadap warna air.

Baca Juga: Pecah Rekor, Kasus Covid-19 Harian di Kota Bandung Lewati 500 Kasus

"Sejak adanya Satgas Citarum Harum, industri pencemar lebih tertib dalam pengelolaan limbahnya, namun upaya pemantauan di lapangan perlu lebih intensif dilaksanakan, hal ini untuk mencegah aksi pembuangan limbah secara sembunyi-sembunyi di luar kontrol tim pemantau/pengawas/patroli," tegas Prima Mayaningtias.

Ditegaskan Prima Mayaningtias, pembinaan terkait pengelolaan lingkungan terhadap sumber pencemar perlu terus dilakukan untuk mengurangi beban pencemaran yang masuk ke Sungai Citarum. “Data Kualitas Air dari Data Stasiun Monitoring milik KLHK yaitu di lokasi Jembatan Alun-alun karawang menunjukan status cemar ringan dengan metode storet dimana data yang terhitung hanya parameter Suhu, BOD dan COD,” pungkas Prima Mayaningtias. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x