PORTAL BANDUNG TIMUR - Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, mengingatkan warga Kota Bandung untuk mewaspadai masa transisi musim. Puncak musim hujan di[rakirakan akan terjadi Januari hingga Februari 2023 mendatang ada 13 kecamatan yang berisiko banjir.
Hal tersebut disampaikan Kepala Seksi (Kasi) Mitigasi Bencana Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, Amires Pahala bahwa Kota Bandung dan sekitarnya akan memasuki masa transisi musim. "Jika melihat dari wilayahnya memang lebih banyak sekarang terjadi banjir di wilayah selatan Kota Bandung karena perubahan ekosistem dan karena diairi enam sungai,” ujar Amires Pahala.
Dikatakan Amires Pahala, memasuki puncak musim hujan yang akan terjadi sekitar Januari Februari 2022 harus diwaspadai bahaya banjir. "Ada 13 kecamatan yang berisiko banjir. Di beberapa titik di kecamatan itu berisiko tinggi akan bencana," ujar Amires Pahala.
Baca Juga: Adam Levine Vokalis Maroon 5 Terlilit Perselingkuhan dengan Tiga Wanita
Sementara untuk wilayah Kota Bandung yang rawan bencana tanah longsor dan tanah bergerak berada di wilayah Timur. “Karena selain sebagian besar masuk wilayah kawasan perbukita Bandung Utara, wilayah Bandung timur juga masuk daerah resapan,” ujar Amires Pahala.
Selama musim penghujan periode 2021/2022 menurut Amires Pahala, sejumlah lokasi yang rawan banjir di antaranya Kecamatan Andir, Astanaanyar, Babakan Ciparay, dan Bandung Kulon. Selain itu juga di wilayah Bandung Kidul, Panyileukan, Batununggal, Bojongloa Kidul, Rancasari, dan Kecamatan Kiaracondong.
Untuk mencegah ragam bencana terjadi, Amires mengaku terus memantau daerah yang sering terjadi bencana bersama aparat kewilayahan. "Kami melakukan mitigasi dengan edukasi ke masyarakat untuk belajar melihat potensi dan gejala terhadap perubahan sosial juga. Misalkan, masyarakat harus menjaga selokan, jangan buang sampah sembarangan," ujar Amires Pahala.
Pembangunan sejumlah kolam retensi, embung air, drum pori dan lainnya menurut Amires Pahala hanya merupakan bagian dari upaya pencegahan dan meminimalisir ketinggian air. "Dari pihak pemerintah pun sudah membantu dengan membangun kolam retensi untuk mencegah banjir, tapi itu hanya sebagian dari upaya meminimalisir," ujar Emires Pahala.
Sementara terkait bencana alam yang terjadi di Kota Bandung menurut Emires Pahala, sepanjang Januari-September 2022, bencana hidrometeorologi di Kota Bandung mencapai tiga kasus. Satu kasus banjir di Rancasari, dan dua kasus longsor.