UNICEF Kutuk, Junta Militer Myanmar Serang Sekolah dan Biara, 13 Orang Tewas 11 Diantaranya Anak Sekolah

- 21 September 2022, 14:55 WIB
Buku pelajaran yang tersisa di kelas yang di serang Junta Militer Myanmar yang menewaskan 13 orang  dan 11 diantaranya anak sekolah.
Buku pelajaran yang tersisa di kelas yang di serang Junta Militer Myanmar yang menewaskan 13 orang dan 11 diantaranya anak sekolah. /Tangkapan layar YouTube ABC News/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Badan dunia PBB untuk anak-anak UNICEF mengutuk kekerasan terhadap anak-anak di Kota Praja Depeyin, Sagaing, sebuah desa di Myanmar. Dalam sebuah serangan udara dan penembakan ada 13 orang tewas diantaranya  11 anak sekolah turut tewas.

Sekjen PBB Antonio Guterres  mengutuk serangan itu. Disampaikannya setidaknya 13 orang tewas, termasuk 11 siswa.

“Pada 16 September, setidaknya 11 anak tewas dalam serangan udara dan tembakan membabi buta di wilayah sipil. Setidaknya 15 anak dari sekolah yang sama masih hilang,” ujar Antonio Guterres dalam keterangannya yang disampaikan juru bicaranya Stéphane Dujarric.

Baca Juga: Kenali 9 Ciri Pasangan Selingkuh, Waspadalah Jika Pasangan Mulai Begini

Sebagaimana dikutip dari situs berita Arab News, Rabu 21 September 2022 menurut Stephane Dujarric, Sekjen PBB Antonio Guterres, Badan dunia untuk anak-anak UNICEF, menyerukan pembebasan segera mereka dengan aman. Dikatakannya sekolah harus aman dan tidak pernah ditargetkan.

Menurutnya serangan yang dilakukan Junta Militer ditargetkan kepada pemberontak yang bersembunyi di daerah itu. Wilayah Sagaing di barat laut negara itu telah mengalami beberapa pertempuran paling sengit, dan bentrokan antara pejuang anti-kudeta dan militer telah membuat seluruh desa terbakar.

Saat memimpin Majelis Umum PBB menurut Stephane Dujarric, Sekjen PBB Antonio Guterres, mengutuk keras serangan oleh angkatan bersenjata Myanmar di sebuah sekolah di Let Yet Kone. Pihaknya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

Baca Juga: Banjir di RW 20 Baros Kota Cimahi, 93 Rumah Terendam 1 Benteng Roboh

“Serangan semacam itu terhadap sekolah bertentangan dengan hukum humaniter internasional. Merupakan pelanggaran berat terhadap anak-anak pada masa konflik bersenjata yang dikecam keras oleh Dewan Keamanan,” kata Stephane Dujarric juru bicara Antonio Guterres, menyerukan agar para pelaku dimintai pertanggungjawaban.

Rekaman video yang diperoleh dari kelompok masyarakat setempat menunjukkan ruang kelas dengan darah di lantai. Kerusakan pada atap dan seorang ibu menangisi mayat putranya.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x