Posyandu Bougenville RW 05 Baros Kota Cimahi Secara Khusus Layani Kesehatan Anak Remaja

- 23 Januari 2023, 10:27 WIB
Petugas kesehatan di Posyandu Bougenville RW 05 Kelurahan Baros Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi, tengah melayani pemeriksaan kesehatan seorang anak remaja.
Petugas kesehatan di Posyandu Bougenville RW 05 Kelurahan Baros Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi, tengah melayani pemeriksaan kesehatan seorang anak remaja. /Portal Bandung Timur/may nurohman/

Dalam masa remaja menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, terjadi apa yang dinamakan growth spurt atau pertumbuhan cepat, juga pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses tumbuh kembang reproduksi yang mengatur fungsi seksualitas.

Baca Juga: Sesar Baribis Aktif, Wilayah Kuningan Jawa Barat Kembali Diguncang Gempa Bumi Tetonik

Ada banyak anggapan bahwa masa remaja seringkali dianggap sebagai periode hidup yang paling sehat.  Padahal, pertumbuhan fisik pada remaja tidak selalu disertai dengan kematangan kemampuan berpikir dan emosional.

Selain itu, di masa remaja juga terjadi proses pengenalan jati diri, dan kegagalan dalam proses pengenalan diri ini bisa menimbulkan berbagai masalah. ''Kalau kita perhatikan hanya sedikit remaja yang datang berobat ke fasilitas kesehatan dibandingkan kelompok usia lain (bayi, Balita, atau lansia). Padahal masalah yang dihadapi remaja itu rumit, salah satu diantaranya adalah masalah kesehatan'', terang Menkes Budi Gunadi Sadikin.

Permasalahan yang dialami remaja cukup kompleks. Mulai dari masalah prestasi di sekolah, pergaulan, penampilan, menyukai lawan jenis dan lain sebagainya.

Berbagai hal tersebut bisa membawa pengaruh terhadap perilaku dan status kesehatan remaja itu sendiri. ''Penanganan masalah remaja termasuk di dalamnya masalah kesehatan, akan sangat membutuhkan keterlibatan multi disiplin ilmu, lintas program, lintas sektor dan masyarakat'', imbuh Menkes.

Menkes juga menyatakan bahwa remaja mudah dipengaruhi oleh teman sebaya dan media sosial sehingga rawan terpengaruh oleh perilaku yang tidak sehat, atau mendapatkan informasi kesehatan dan gizi yang tidak benar (hoax). Misalnya, mengikuti pola diet selebritis, mengonsumsi jajanan yang sedang hits namun tidak bergizi, atau kurang beraktifitas fisik karena terlalu sering bermain games sehingga malas gerak (mager).

Pola makan remaja yang tergambar dari data Global School Health Survey tahun 2015, antara lain: Tidak selalu sarapan (65,2%), sebagian besar remaja kurang mengonsumsi serat sayur buah (93,6%) dan sering mengkonsumsi makanan berpenyedap (75,7%). Di antara remaja itu juga kurang melakukan aktifitas fisik (42,5%). Apabila cara konsumsi ini berlangsung terus menerus dan menjadi kebiasaan pola makan tetap para remaja, maka akan meningkatkan resiko terjadinya penyakit tidak menular.

”Remaja sebenarnya memiliki kemampuan untuk membuat pilihan. Bagaimana pola makan dan berperilaku hidup yang sehat, serta bagaimana menjadi pribadi yang bermanfaat,” pungkas Menkes Budi Gunadi Sadikin. (may nurohman)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah