Anton Ramli Putra menyatakan mata air dan sungai di kawasan karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat, semakin memprihatinkan akibat pertambangan kapur.
"Saat ini tinggal tersisa sedikit mata air dan sungai di kawasan karst Citatah," kata Anton Ramli Putra.
"Penambangan di karst berpotensi memutus fungsi karst sebagai pendistribusi air melalui gua. Jika distribusi air terputus menyebabkan mata air hilang dan pemulihan seperti sediakala sangat sulit, kata Anton Ramli Putra.
Kawasan karst merupakan bentang alam dengan batuan mudah larut seperti batu gamping. Proses karst Citatah hingga menjadi seperti saat ini memakan waktu puluhan ribu tahun.
Karst memiliki jaringan gua sebagai pipa air alami yang menghubungkan zona resapan, zona simpanan dan mata air yang penting bagi masyarakat di kawasan itu.
Untuk menyelamatkan Karst Citatah Gunung Masigit, Pemerintah Jawa Barat saat dipimpin Ahmad Heryawan melalui Wakil Gubernurnya Dedi Mizwar, antara tahun 2013 hingga 2014 berniat untuk menutup kawasan Karst Citatah. Namun upaya penutupan ditentang oleh Himpunan Pengusaha Pekerja Masyarakat Tambang (HP2MT) dengan alasan ada 15 ribu pekerja yang tergantung dari hasil penambangan batu kapur dan tanah di wilayah Karts Citatah Gunung Masigit.
Demikian pula halnya saat Gubernur Jawa Barat dipimpin Ridwan Kamil, telah diterbitkan Pergub Nomor 72 Tahun 2018 tentang Pengembangan Kawasan Geopark di Daerah Jawa Barat. Namun hingga saat ini tidak ada tindaklanjut.
Alhasil eksploitasi batu dan tanah di Karst Citatah Gunung Masigit masih berlangsung hingga detik ini. Dan kerusakan semakin nyata terlihat dengan sangat jelas dilihat daru Jalan Raya Bandung Cianjur Rajamandala. (Ari Prianto Teguh)***