Jubir Kemlu Muhammad Iqbal, Kasus Hello Kuala Lumpur Kasus Privat Bukan antar Pemerintah

- 15 September 2023, 02:16 WIB
Lagu anak-anak Hello Kuala Lumpur di Kanal YouTube Nasyid Kanak-Kanak Islam Malaysia yang tayang sejak 3 tahun lalu dan baru ramai sekarang ini karena nada dan liriknya sama dengan lagu Halo Halo Bandung.
Lagu anak-anak Hello Kuala Lumpur di Kanal YouTube Nasyid Kanak-Kanak Islam Malaysia yang tayang sejak 3 tahun lalu dan baru ramai sekarang ini karena nada dan liriknya sama dengan lagu Halo Halo Bandung. /Tangapanlayar Youtube Lagu Kanak TV/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Kasus lagu Halo Halo Bandung karya konsoser Ismail Marzuki di plagiat menjadi lagu Hello Kuala Lumpur dipublikasikan sejumlah kanal You Tube pemerintah Indonesia tidak perlu bersikap terlalu reaktif. Kasus dugaan peniruan lebih kepada perbuatan individu bukan bukan isu pemerintahan.

"Hal ini sangat jelas merupakan urusanprivat, yang melakukan ini privat, bukan pemerintah. Jadi enggak perlu juga pemerintah terlalu reaktif terhadap hal ini," kata Jubir Kemenlu, Lalu Muhammad Iqbal, usai media gathering,di gedung Kemlu, Jalan Pejambon, Jakarta Pusat, Kamis 14 September 2023.

Disampaikan Lalu Muhammad Iqbal, Pemerintah Indonesia belum mempertimbangkan mengangkat isu dugaan penjiplakan lagu Halo-Halo Bandung karya Ismail Marzuki menjadi isu pemerintahan, karena kasus dilakukan individu.  "Yang melakukan itu kan bukan pemerintah Malaysia, itu individu yang melakukan," ujar Lalu Muhammad Iqbal.

Baca Juga: Dirjen Kebudayaan Layangkan Protes Minta YouTube Take Down Lagu Helllo Kuala Lumpur

Dikatakan Lalu Muhammad Iqbal,  pandangan pemerintah Malaysia dalam kejadian tersebut jelas menentang si pembuat lagu. “Seperti pernah ditegaskan Perdana Menteri Anwar Ibrahim yang menyebut lagu Rasa Sayange murni kepunyaan Indonesia, Beliau sampaikan jika ada orang Malaysia tidak tau Rasa Sayange itu dari mana, berarti dia tidak belajar sejarah," kata Lalu Muhammad Iqbal.

Meski lagu 'Hello Kuala Lumpur' yang di bagian judulnya juga tertulis 'lagu patriotik Malaysia', namun hal tersebut  bukanlah suatu klaim resmi pemerintah Malaysia. “Masyarakat Malaysia yang memahami sejarah pasti dapat membedakan mana karya asli Indonesia dan mana hasil plagiat yang diubah ke versi Melayu,” tambah Lalu Muhammad Iqbal, yang berharap permasalahan dapat diselesaikan di ranah lembaga terkait, tidak dibawa ke ranah pemerintahan.***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x