Masyarakat Papua, Maluku dan sekitarnya menjadikan Papeda sebagai makanan pokok. Proses mengolah sagu menjadi Bubur Papeda membutuhkan perkakas belanga untuk wadah air mendidih yang dituangkan ke dalam saripati sagu sambil diaduk sampai mengental dan terjadi perubahan warna.
Sagu yang sebelumnya putih menjadi bening keabu-abuan. Pengadukan dalam proses ini harus searah sampai tekstur benar-benar merata menjadi bubur lem.
Sepasang sumpit atau dua garpu khusus digunakan untuk mengambil dan menyantap papeda. Caranya dengan menggulung-gulung hingga bubur papeda melingkari sumpit atau garpu.
Lalu diletakkan di piring dan siap disantap bersama kuah kuning. Tak perlu dikunyah, menyantap papeda dapat langsung diseruput dan ditelan.
Baca Juga: Hari Ini, Google Doodle Sambut International Women's Day
Warisan kuliner asal Papua dan Maluku yang satu ini memiliki berbagai manfaat yang berguna bagi kesehatan tubuh. Selain kaya serat, papeda juga rendah kolestrol dan bernutrisi. Bubur Papeda memiliki nutria esensial seperti protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, dan lain-lain.
Bahkan, rutin mengkonsumsi papeda dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh.
Selain itu juga dapat mengurangi resiko terjadinya kanker usus, hingga membersihkan paru-paru. Sagu yang kaya manfaat seharusnya dapat dijadikan makanan pokok nasional.***