Cahaya Islam pun mulai menyinari jiwa Hindun binti ‘Utbah. Dua hari kemudian setelah peristiwa Futuh Makkah, Hindun binti ‘Utbah berbaiat kepada Rasulullah Shalallahu Allaihi wassalam dan mengucapkan dua kalimah syahadat, “Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah”. Yang artinya "Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah".
Setelah menjadi muslimah, Hindun binti ‘Utbah selalu berusaha memperdalam keimanannya. Keimanannya itulah yang kemudian menuntunnya untuk turut berjihad bersama kaum muslim lainnya.
Hindun binti ‘Utbah berusaha menghapus masa lalunya dengan ikut serta berjihad dalam Perang Yarmuk. Ia pernah berkata mengingat masa lalunya: “Aku pernah bermimpi berdiri di bawah matahari dan di dekatku ada tempat berteduh namun aku tidak bisa berlindung di bawahnya. Ketika aku telah masuk Islam, aku bermimpi seolah-olah aku telah masuk dalam lindungannya. Segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita kepada Islam”.
Pada tahun ke 14 Hijriyah, di masa kekhilafahan Umar bin Khathab, Hindun binti ‘Utbah wafat. ''Ibuku adalah wanita yang sangat berbahaya di masa Jahiliyah dan di dalam Islam menjadi seorang wanita yang mulia dan baik,” ujar Mu’awiyah bin Abu Sufyan mengungkapkan sifat ibunya itu.
“Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” gambaran dan bukti cinta Hindun binti ‘Utbah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Shalllahu allaihi wassalam dipegelarkan di Gedung Kesenian Rumentang Siang Jalan Baranangsiang Kosambi Kota Bandung.
Kasidah Cinta Hindun Binti ‘Utbah” naskah dan sutradara Rosyid E. Abby dipegelarkan Sabtu dan Minggu, 23 dan 24 Maret 2024 dengan didukung, Alni Herdwiyuni & Syifa Aulia sebagai penata gerak, Farhan Venyol sebagai penata musik dan Rasyid van Ocid, Mr. Kribs, Melodi, Raden Silfa, Sinta Sintia sebagai pemusik serta vokalis.***