Trebang Randu Kentir, Tarian Pengungkap Rasa Kehilangan  

- 13 Desember 2020, 12:13 WIB
Tarian Trebang Randu Kentir saat dipentaskan di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat.
Tarian Trebang Randu Kentir saat dipentaskan di Teater Terbuka Taman Budaya Jawa Barat. /Portal Bandung Timur/Heriyanto Retno/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Memasuki musim penghujan seperti sekarang ini, masyarakat Kabupaten Indramay, khususnya dibantaran sungai Cimanuk selalu diingatkan akan bahaya luapan air sungai yang dapat terjadi kapanpun. Hal ini pula menjadi pemikiran pelaku seni kota mangga untuk melestarikan tarian Trebang Randu Kentir.

Randu Kentir atau yang lebih dikenal dengan Trebang Randu Kentir karya (alm) Ki Carya. Istilah Randu Kentir memiliki arti Randu (pohon kapuk) dan Kentir (hanyut berputar), pohon randu yang hanyut berputar-putar karena terbawa air.

Ide tarian Randu Kentir berlatar cerita turun temurun. Ki Carya menciptakan tarian Trebang Randu Kentir terilhami cerita dari Kuwu Desa Cemara, Losarang, Kab. Indramayu.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris, Newcastle Taklukan West Brom di St James Park

Baca Juga: Drama Korea Terbaru City Couple’s Way of Love: My Lovable Camera Thief

Diceritakan, kebiasaan Nyi Dariwan menari-nari keliling desa akibat kehilangan Ki Dariwan suaminya. Ki Dariwan hanyut terbawa air sungai Cimanuk yang sedang meluap saat akan mengambil batang pohon randu.

Namun ada versi lain yang menceritakan bahwa Ki Carya menciptakan tarian Randu Kentir diiringi Trebang, terilhami tradisi bercocok tanam padi masyarakat Losarang. Hal ini tampak dari gerak khas dalam Tari Terbang Randu Kentir, berupa ‘serogan’ dan ’dederan’.

Gerakan seorang petani yang sedang mengarit pari atau padi kemudian hasilnya dipikul. Sementara  posisi  padi berada dipunggung petani dengan menggunakan tapih atau kain samping.

Baca Juga: Hasil Liga Inggris, Aston Villa Raih Kemenangan Dramatis Atas Wolves

Baca Juga: Jalan-Jalan Kuliner bersama Pesona 3 Kumis

Tentang gerak tarian Ki Carya menyebutnya nyolong jogedan (mencuri tarian) dari Gerak Tari Topeng Gaya Carpan.  Gerak tari topeng yang diambil yaitu  dari topeng panji dan topeng pamindo dengan karakter yang berbeda seperti gerak salu-salu yang menjadi salah satu gerak khas dalam tarian Trebang randu Kentir.

Trebang Randu Kentir diciptakan oleh maestro seni tradisional asal Kandayakan, Losarang Kabupaten Indramayu, (alm) Ki Carya diakhir tahun 1950-an, yang dikembangkan dari kesenian tradisional Trebang.

Sebuah kesenian tradisional sarana penyebaran agama Islam didaerah Pesisir Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat dengan iringan alat musik pukul khas berupa Bray atalu Blangber, sejenis alat musik pukul rebana besar.

Baca Juga: Menjaga Kesatuan, Persatuan dan Kerukunan Perlu Kewaspadaan

Baca Juga: Drama Korea True Beauty Komedi Romantis Terbaru

Kesenian tradisional Trebang, merupakan gabungan dari kata ‘Trep’ yang berarti akur atau bersama-sama. Serta kata ‘Bang’, yang berarti tembang, kidung atau nyanyian.

Pada tahun 2008 Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (kini UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat) menggagas untuk melakukan program Revitalisasi Seni Tradisi. Hal yang menjadi dasar, tokoh pelaku seninya sudah semakin berkurang, kalaupun ada sudah usia lanjut.

Namun bukan perkara mudah untuk kembali membangkitkan para pelaku seni yang sudah sepuh kembali menghidupakan kembali kesenian yang pernah dijalaninya. Apalagi dengan kondisi kesenian tradisional di daerah saat itu yang semakin terseret dangdutan dan organ tunggal panturaan.

Baca Juga: Tim Gugus Tugas Covid-19 Bubarkan Kerumuman Arena Lomba Burung Berkicau

Baca Juga: Pangdam III/Siliwangi Tanam Pohon dan Tabur Benih Ikan

Akhirnya baru awal tahun 2011 Taman Budaya Jawa Barat dan Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Indramayu merealisasikannya. Dalam proses kegiatan tidak semudah apa yang dibayangkan, karena terdapat 120 gerakan tarian yang sebenarnya merupakan bentuk pengulangan.

“Tapi gerakan itu merupakan bagian dari lenyepan atau bentuk kepasrahan insani pada sang maha pencipta,” terang Asep Ruchiyat Kepala Seksi Kebudayaan Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten.

Lewat adu argumentasi dan pendekatan antara sejumlah pelaku seni, Toto Amsar Suanda salah seorang kurator seni Taman Budaya Jawa Barat memberikan jalan tengah. Kesenian tradisional Trebang Randu Kentir yang sudah tidak lagi dipanggungkan selama 35 tahun, harus kembali manggung, dengan syarat harus lebih disederhanakan dan kembali menjadi tontonan.

Baca Juga: Operasi AKB Diperketat Mulai Sasar Pemukiman

Baca Juga: Klasemen Sementara Seri A Liga Italia dan Daftar Pencetak Gol Terbanyak 12 Desember 2020

Setelah berhasil ditumbuhkan kembali Ki Sarwah dan Idah puterinya, Trebang Randu Kentir pun ditampilkan  di Bale Desa Jubleng, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu untuk pertamakalinya setelah 35 tahun mengalami mati suri.

Hingga keinginan tokoh masyarakat dan masyarakat yang tinggal sekitar 23 kilometer arah barat kota kabupaten Indramayu, tumbuh untuk menghidupkan kembali dan ditampilkan di setiap hajatan desa. Keinginan semakin memuncak saat Trebang Randu Kentir banyak ditanggap di hajatan dan bahkan menjadi alat politik untuk sarana kampanye desa maupun pilkada.

Keinginan baru diwujudkan kembali Balai Taman Budaya Jawa Barat pada tahun 2016. Namun kendala kembali dihadapi, karena Ki Sarwah sang maestro sudah wafat, akhirnya digelar prosesi Turun Waris Panggung melalui program Pewarisan Kesenian Tradisional Jawa Barat yang diselenggarakan Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat.

Baca Juga: Pemkot Bandung Siap Sukseskan Citarum Harum

Baca Juga: Klasemen Sementara dan Top Scorer Premier League Inggris 12 Desember 2020

Lagi-lagi masalah muncul saat proses latihan akan berlangsung. Seluruh perangkat alat gamelan berupa seperangkat kendang topeng, protong blager, klenang dan kecrek ditahan Kuwu Jubleng. Yang jadi pangkal masalah, alat-alat tersebut dijadikan jaminan pemilihan Kuwu, alhasil karena Kuwu yang dijagokan Ki Sarwa kalah maka seluruh perangkat gamelan ditahan di Bale Desa Jubleg.

Setelah dilakukan beberapakali pertemuan dan pihak Taman Budaya serta Pemkab Indramayu membayar uang pengganti akhirnya alat dapat kembali ke Mimi Idah, puteri Ki Sarwah. Latihanpun bisa dimulai dengan melibatkan banyak anak SMA maupun SMK.

Kini setelah 4 tahun berlalu, Trebang Randu Kentir menjadi ikon seni tradisional Kabupaten Indramayu. Atas jasa Bupati Indramayu pada masa itu, Ibu Ana Sopana jadi muatan lokal untuk diajarkan siswa SD, SMP maupun SMA.

Baca Juga: #DiRumahAja Dongkrak PRAKARDUS Luqman Baehaqi

Baca Juga: 15 Drama Korea Terbaik 2020 yang Wajib Anda Tonton

Bahkan kini setiap tahunnya secara rutin Pemkab Indramayu menggelar Festival Tari Topeng berbarengan dengan Festival Trebang Randu Kentir. Alhasil hingga kini Trerbang Randu Kentir posisinya sama sejajar dengan tarian Topeng Dermayon. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x