HR Rasuna Said Jadi Google Doodle Hari Ini

- 14 September 2022, 06:15 WIB
Google Noodle hari ini menampilkan tokoh pergerakan wanita  Hajah Rangkayo Rasuna Said.
Google Noodle hari ini menampilkan tokoh pergerakan wanita Hajah Rangkayo Rasuna Said. /Tangkapan layar Google Noodle/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Google Doodle hari ini Rabu 14 September 2022 menampilkan karikatur seorang wanita berkerudung. Masih banyak yang tidak tahu, dan bahkan tidak tahu sama sekali siapa sosok yang dijadikan Google Doodle di hari ini.

Dalam keterangannya, Google menyebutkan bahwa sosok yang menjadi karikatur Doodle hari ini adalah Hajah Rangkayo Rasuna Said. Sosok yang selama ini hanya dikenal dengan nama jalan utama di Ibu Kota Negara Jakarta dengan nama HR Rasuna Said.

Kenapa harus Hajah Rangkayo Rasuna Said yang jadi Google Doodle? Alasannya untuk memperingati kelahiran wanita pejuang yang  lahir pada 14 September 1910 di Desa Panyinggahan, Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Baca Juga: Liga Champions 2022/2023, Die Roten Masih Perkasa Bagi Blaugrana

Wanita yang  mengenyam pendidikan Islam di pesantren dan  menjadi satu-satunya santri perempuan di pesantren Ar-Rasyidiyah.  Wanita keturunan bangsawan Minang dari ayah seorang saudagar Minangkabau yang juga tokoh pergeraka bernama Muhammad Said.

Berdasarkan sejumlah literatur sejarah, Hajah Rangkayo Rasuna Said, setelah tamat di sekolah dasar di kampung halamannya di kirim ayahnya melanjutkan pendidikan di pesantren Ar-Rasyidiyah.  Meski sebagai satu-satunya santri perempuan Hajah Rangkayo Rasuna Said tidak hanya dikenal sebagai seorang santriwati yang cerdas dan pintar, tetapi juga seorang pemberani.

Setelah menamatkan pendidikannya di Pesantren Ar-Rasyidiyah, Hajah Rangkayo Rasuna Said, melanjutkan pendidikannya ke Diniyah Putri Padang Panjang yang dikhususkan untuk wanita.  Di ke Diniyah Putri Padang Panjang  inilah Hajah Rangkayo Rasuna Said bertemu dengan Rahmah El Yunusiyyah, tokoh gerakan Thawalib (organisasi massa Islam).

Baca Juga: Hindari Rasa Takut Akan Bahaya Hujan, Bacalah ini Doa Ketika Hujan, Angin Kencang dan Setelah Hujan

Ketertarikan Hajah Rangkayo Rasuna Said akan pergerakan mulai tumbuh saat mengenal lebih jauh Rahmah El Yunusiyyah. Bersama dengan Rahmah El Yunusiyyah di pergerakan Thawalib keduanya dikenal sebagai sosok yang membangun kaum reformis Islam di Sumatera Barat.

Seperti halnya para tokoh pergerakan pada masanya,  Hajah Rangkayo Rasuna Said sangat memperhatikan kemajuan serta pendidikan kaum wanita. Dirinya sempat menjadi guru di Diniyah Putri almamaternya.

Namun darah dari ayahnya Muhammad Said sebagai seorang tokoh pergerakan memaksanya keluar. Pada tahun 1930 Hajah Rangkayo Rasuna Said mencetuskan gagasan untuk kemajuan kaum wanita  agar tidak hanya didapat dari mendirikan sekolah, melainkan disertai perjuangan politik.

Baca Juga: Kasus Investasi KSP Indosurya Masuki Babak Baru, Barbuk Uang Rp39 Miliar dan 896 Ribu Dolar Sudah di Kirim

Untuk memuluskan gagasannya, tahun1930, Hajah Rangkayo Rasuna Said bergabung dalam Sarekat Rakyat (SR) dan menjabat sebagai sekretaris cabang.  Kemudian pada tahun yang sama bergabung juga di Soematra Thawalib dan mendirikan Persatuan Muslimin (PERMI) di Bukittinggi.

Agar kaum wanita di Sumatra Barat turut andil dalam kesetaraan, Hajah Rangkayo Rasuna Said mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan PERMI. Bahkan Hajah Rangkayo Rasuna Said  juga mendirikan Sekolah Thawalib di Padang. 

Karena aktivitasnya Hajah Rangkayo Rasuna Said tercatat sebagai wanita pertama yang terkena hukum Speek Delict. Hukum kolonial Belanda yang menyatakan siapapun dapat dihukum karena berbicara menentang Belanda. 

Karena pergerakan politiknya juga Hajah Rangkayo Rasuna Said  tahun 1932, bersama Rasimah Ismail teman seperjuangannya ditangkap dan dipenjara di Semarang. PadSelang setahun kemudian dibebaskan dan Hajah Rangkayo Rasuna Said meneruskan pendidikan ke Islamic College. 

Tahun 1935, Hajah Rangkayo Rasuna Said menjadi pemimpin redaksi di majalah, Raya. Tulisannya yang tajam menjadikan majalah Raya di cap sebagai majalah radikal dan majalah Raya menjadi tonggak perlawanan di Sumatera Barat.

Tahun 1937, Hajah Rangkayo Rasuna Said mendirikan perguruan tinggi putri di Medan. Perguruan ditujukan untuk menyebarluaskan gagasan-gagasannya.

Selain itu, Hajah Rangkayo Rasuna Said juga mendirikan majalah mingguan bernama Menara Poeteri. Dan setelah Indonesia merdeka, Hajah Rangkayo Rasuna Said aktif di Badan Penerangan Pemuda Indonesia dan Komite Nasional Indonesia, menjabat di Dewan Perwakilan Sumatra sebagai wakil Sumatra Barat. 

Hajah Rangkayo Rasuna Said juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS).  Usai Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Hajah Rangkayo Rasuna Said menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai akhir hidupnya.

Hajah Rangkayo Rasuna Said wafat pada 2 November 1965 di Jakarta akibat sakit kanker darah. Atas jasanya, ia dinobatkan menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keppres RI No. 084/TK/Tahun 1974 pada 13 Desember 1974. 

Untuk mengenang jasa-jasanya, namanya disematkan jadi nama jalan protokol di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Selain itu namanya juga menjadi jalan utama di daerah asalnya, Padang, Sumatera Barat. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x