Pedagang Pasar Baru Bandung, Hidup Engan Matipun Tak Mau

- 9 Februari 2021, 20:32 WIB
Seorang petugas kebersihan melewati lorong deretan toko yang hendak di jual di Pasar Baru Kota Bandung, Jalan Otto Iskkandar Di Nata , Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir Kota Bandung.
Seorang petugas kebersihan melewati lorong deretan toko yang hendak di jual di Pasar Baru Kota Bandung, Jalan Otto Iskkandar Di Nata , Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir Kota Bandung. /Portal Bandung Timur/hp. siswanti

PORTAL BANDUNG TIMUR - ‘Hidup segan matipun tak mau’. Mungkin pepatah itu yang tepat bagi kondisi pedagang di Pasar Baru Bandung di Jalan Otto Iskandar Di Nata, Kelurahan Babakan Jeruk, Kecamatan Andir Kota Bandung,  saat ini.

Keberadaan pedagang Pasar Baru Bandung yang namanya sudah begitu terkenal di kalangan penggila usaha pakaian maupun pecinta belanja dari Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura hingga Benua Afrika, kini nasibnya kian terpuruk.

Berdasarkan data Himpunan Pedagang Pasar Baru (HP2B) Bandung, sejak pandemi Covid-19 pada bulan Maret 2020 dengan diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), berlanjut ke PSBB Proposional, kemudian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan dilanjut PPKM Skala Mikro, jumlah pedagang yang masih berjualan di Pasar Baru Kota Bandung terus menyusut. “Dari 5.200 orang pedagang, hampir 60 persen sudah tidak sanggup lagi berjualan,” ujar  Ketua HP2B Bandung Iwan Suherman kepada Portal Bandung Timur , Selasa 9 Februari 2021.

Baca Juga: Tinjau Lokasi Banjir di Dawuan Kabupaten Karawang, Gubernur Ingatkan Warga Tetap Disiplin Protokol Kesehatan

Bukan hanya pedagang pakaian, kain, tas  dan bebagai pernak pernik fashion, tetapi juga ke pedagang makanan oleh-oleh. Demikian pula perlengkapan ibadah seperti sejadah, mukena, sarung hingga tasbih dan makanan khas Arab, seperti kurma, kacang-kacangan dan hingga air zam-zam.

Ada banyak alasan kenapa pemilik toko maupun pedagang menghentikan aktivitasnya. Selain karena terlilit utang modal ke bank, juga memilik beralih ke usaha lain, ada juga karena memang tidak mampu membiayai operasional harian.

Dikatakan Iwan Suherman, pihaknya tidak tahu berapa jumlah pedagang yang sudah menganggur atau beralih profesi. Demikian pula dengan jumlah karyawan toko yang menjadi pengangguran baru, yang diperkirakan jumlahnya bukan lagi ratusan, tapi ribuan.

Baca Juga: Minim Perhatian , Tempat Temuan Candi Bojongmenje di Cicalengka Kabupaten Bandung Ambruk

“Banyaknya pedagang yang menghentikan berjualan mengakibatkan Pasar Baru Bandung saat ini bukan menciptakan klaster baru penyebaran Covid-19 sebagaimana yang ditakutkan pemerintah. Tapi Pasar Baru Kota Bandung saat ini sudah menjadi kluster baru, sumber baru pengangguran masal di Kota Bandung khususnya dan umumnya bagi pedagang dari kabupaten kota lain di Jawa Barat maupun di Indonesia lain yang selama ini melakukan transaksi berdagang di Pasar Baru Bandung,” ujar Iwan Suherman.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah