Bagaimana pun juga, menurut Ajeng Meiwita, ketersediaan makanan harian dalam keluarga menjadi tolok ukur penciptaan kualitas kehidupan keluarga tersebut khsususnya dan masyarakat luas secara umum.
"Dalam aktivitas demo masak, peserta dapat dilatih mencipta varian makanan atau produk kuliner. Ragam makanan yang dapat dipelajari, nantinya sanggup mendorong tingkat kreativitas pengusaha mengembangkan usahanya. Begjtu pun bagi ibu-ibu atau anggota rumah tangga lainnya, menjadi piawai dalam menyajikan makanan konsumsi harian dengan aneka bentuk dan rasa sehingga walau makan di rumah, rasanya tidak akan bosan," kata Ajeng Meiwita.
Di tempat sama, Pendamping CWS Panyileukan, Endah Fitriyani, menyebutkan, usaha kuliner itu menjadi bagian dari 17 sub sektor ekonomi kreatif. Pemerintah mengembangkan sub-sub sektor ekonomi kreatif agar para pengusaha di tanah air mampu berkolaborasi dan memilki posisi tawar tinggi dalam proses menjalankan usaha-usahanya.
"Secara rutin para pengusaha UMKM di Panyileukan dan Kota Bandung umumnya, diberikan pemahaman banyak hal mengenai ekonomi kreatif. Hal ini penting, mengingat dalam persaingan dunia usaha saat ini menuntut setiap orang atau pengusaha memiliki inovasi dalam menjalani hidup dan usahanya. Teknologi digital mempercepat proses perubahan dan persaingan usaha, sehingga sejak awal pengusaha harus mampu mempersiapkan diri menghadapi setiap tahap perubahan zaman tersebut. (Ari Prianto Teguh)***