Tahun 2030 Making Indonesia 4.0 Masuk 10 Besar Ekonomi Dunia

- 16 November 2020, 13:00 WIB
SEKRETARIS Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, pada kegiatan Kementerian Perindustrian di Bandung Sabtu 14 November2020 baru lalu.
SEKRETARIS Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, pada kegiatan Kementerian Perindustrian di Bandung Sabtu 14 November2020 baru lalu. /Dok. Kemenperin/

PORTAL BANDUNG TIMUR – Tahun 2021 Kementerian Perindustrian menargetkan substitusi impor bahan baku atau bahan penolong serta barang modal untuk sektor industri mencapai 15 persen. Karena imbas pandemim utilisasi sektor industri di tanah air sekitar 56 persen.

 “Kami terus mendetailkan produk apa saja yang paling dominan impornya. Namun demikian, langkah strategis ini perlu mendapat dukungan dari para pemangku kepentingan terkait seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Keuangan,” ujar Sekretaris Jenderal Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono, pada kegiatan Kementerian Perindustrian di Bandung Sabtu 14 November2020 baru lalu.

Dikatakan Achmad Sigit, Kemenperin menghitung utilisasi sektor industri di tanah air sekitar 56 persen karena imbas pandemik, padahal sebelumnya mampu menyentuh 70 persen. “Sebenarnya kita tidak anti impor. Sebab, bahan baku dan bahan penolong itu dibutuhkan oleh sektor industri kita untuk ditingkatkan lagi nilai tambahnya, tugas kami adalah menjaga keberlangsungan usaha mereka,” papar Achmad Sigit, sebagaimana dikutip Portal Bandung Timur dari rilis Kemenperin.

Baca Juga: 1000 unit Ventilator dari USAID Untuk 13 Provinsi

Salah satu bahan baku yang impornya, menurut Achmad Sigit, perlu ditekan ada di sektor industri kimia. Sedangkan untuk impor barang modal yang perlu disubstitusi, misalnya di sektor industri permesinan dan elektronik.

“Memang investasi punya andil yang sangat besar bagi perekonomian, seperti penyerapan tenaga kerja. Kami akan fasilitasi dan kawal realisasi investasi dari sektor industri. Hingga tahun 2023, ada rencana investasi di sektor industri dengan total nilai hingga Rp1.048 triliun,” ujar Achmad Sigit.

Kebijakan strategis yang diterapkan Kemenperin menurut Achmad Sigit, meliputi implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0 pada tujuh sektor industri prioritas. Ketujuh sector tersebut adalah, industri makanan dan minuman, kimia, tekstil dan busana, otomotif, elektronika, farmasi serta alat kesehatan.

Baca Juga: Penyakit Mental Mudah Menyerang Generasi Milenial dan Gen Z

“Target dari Making Indonesia 4.0 adalah Indonesia bisa masuk dalam 10 besar ekonomi dunia tahun 2030,” ujar Achmad Sigit.
 
 Saat ini, pemerintah tengah berupaya melakukan business matching untuk menarik investasi pada sektor-sektor industri yang potensial. Termasuk tujuh sektor industri prioritas Making Indonesia 4.0. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah