Nur Syamsiah, Menulislah Terus Selagi Ada Ide yang Bisa Ditulis

25 Mei 2021, 21:26 WIB
Nur Syamsiah guru di SMP Negeri 1 Sayung, Demak yang gemar menulis buku. /Foto : Istimewa

PORTAL BANDUNG TIMUR - ‘Ketika Penghafal Alquran Terlahir dari Seorang Wanita Karir’, ‘Misteri Pohon Sukun’, ‘Teror Telepon’, ‘Cerita Neneng’, ‘Senyum Nilai’, ‘Bangga Setulus Kasih’, ‘Surat Berwarna’, ‘Keabadian Bali’, ‘Kearifan Lokal’, dan ‘Si Manis Apem Comal’, adalag\h sebagai dari 30an buku yang telah dikarangnya.

Usianya tidak lagi muda, sudah kepala lima. Tepatnya 52 tahun. Di usianya yang tidak muda itu, ia tetap konsisten untuk menulis.

Siapakah ia? Ya, dialah Nur Syamsiah. Seorang guru di SMP Negeri 1 Sayung, Demak yang berdomisili di Semarang. Lantaran hobi menulisnya, Nur Syamsiah sudah menghasilkan sebanyak 30 judul buku selama kurun waktu 3 tahun. Fantastik bukan?

Baca Juga: Dimana Sense of Crisis Itu? Pembangunan Menara Kujang Sapasang Waduk Jatigede Rp100 Miliar

Saat ditemui di kediamannya di Jalan Karangrejo 2 no.25 A, Banyumanik, Semarang, Nur menyampaikan bahwa  30 judul buku tersebut terdiri dari buku tunggal dan buku antologi. Satu di antara buku-bukunya tersebut,  buku antologi puisi berjudul ‘Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu’ mendapat penghargaan MURI untuk kategori buku antologi penulis terbanyak.

Buku ‘Tentang Sebuah Buku dan Rahasia Ilmu’ ditulis oleh 1.000 guru dari seluruh Indonesia dan ASEAN. “Proses penulisan buku tersebut tidaklah  mudah. Menghimpun 1000 guru untuk menulis dalam sebuah buku butuh waktu yang tidak sebentar,” cerita Nur Syamsiah.

Buku terbarunya yang berjudul ‘Senandung Mahabbah’, mendapat penghargaan Prasamya Susastra Nugraha. Penghagaan karya sastra dari Yayasan Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat.

Baca Juga: Ada Apa ? Target 1 Juta Guru Honor Jadi P3K Harus di Kawal Serius

Penghargaan tersebut diberikan kepada 100 Penulis Terbaik yang memenuhi tantangan 100 Guru Menulis dan Menerbitkan Buku dalam rentang Januari-Juni 2020. Nur Syamsiah menjadi salah seorang diantara 100 penulis yang memenuhi tantangan dan dirinya menjadi penulis dari luar Jawa Barat yang mampu memenuhi tantangan tersebut. Luar biasa.

Sementara, buku perdana yang diterbitkannya, yang berjudul ‘Ketika Penghafal Al-Qur’an Terlahir dari Seorang Wanita Karir’, sudah masuk ke Perpustakaan Kemendikbud. Buku itu juga diterima oleh Bupati Kabupaten Demak, Kepala Dinas Kabupaten Demak, juga Sekda Kabupaten Demak.   Buku ini pula mendapat tanda tangan  penulis kondang, Tere Liye.

Bercerita tentang awal mula, Nur Syamsiah tertarik menulis buku adalah pada tahun 2017. Saat itu ia bertemu  teman lamanya semasa kuliah di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Semarang, yang kini bernama UNNES.

Baca Juga: Dukung Buruan SAE, Kampung Hejo SAE Co-Working Space Bandung Timur Dirancang  

Temannya  merupakan seorang penulis yang ketika itu memberikan informasi mengenai pelatihan penulisan karya fiksi. Dan, Nur Syamsiah kala itu merasa tertarik untuk  mengikutinya.

“Pada mulanya hanya iseng, mencoba kemampuan untuk menulis. Saat itupun para peserta ditantang untuk mampu menulis dalam waktu tiga minggu dan ternyata berhasil memenuhi tantangan tersebut,” cerita  Nur Syamsiah.

Bukan tanpa alasan Nur Syamsiah untuk menulis. Setidaknya ada tiga alasan kenapa Nur Syamsiah menulis.

Pertama, bagi Nur Syamsiah, menulis menyalurkan hobinya. Kedua, menulis merupakan media untuk mendidik, dan ketiga,  menurutnya menulis sebagai bentuk pengamalan dari perkataan Imam Syafi’i, yakni “Ikatlah ilmu dengan tulisan”.

Diakui Nur Syamsiah, mendapatkan inspirasi untuk menulis dari banyak hal. Saat ia berada di rumah, inspirasi muncul dari anak-anak dan suaminya.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di Kota Bandung, Dalam Sepekan Terjadi Penambahan 500 Kasus

Saat melakukan perjalanan di dalam bus, inspirasi muncul kala menyaksikan adanya pelanggaran lalu lintas. Tidak hanya itu, pencopetan di angkutan umumpun merupakan inspirasi baginya.

“Apalagi kala menyaksikan satu keluarga yang menjadi kru bus Maka ini adalah inspirasi yang akan tuangkan dalam tulisan saya,” ujar Nur Syamsiah.

Mengenai proses menulisnya sendiri, Nur Syamsiah biasanya menggunakan buku tulis  atau smartphone saat ide mucul. Karena itulah ia akan membawa buku catatan atau smartphone kemanapun.

Setelah itu tulisannya dikumpulkan dan dipindahkan ke laptop. Jika sekiranya tulisannya sudah lengkap dan siap diterbitkan, ia akan mengirimkan naskahnya ke penerbit. Sejauh ini Nur Syamsiah menerbitkan bukunya secara indie.

Baca Juga: Jelang PTM Terbatas, Disdik Kota BandungMulai Lakukan Inventarisir

Menulis tentu saja tidak mungkin tanpa halangan ataupun kesulitan. Cerita Nur Syamsiah, bahwa kesulitan yang dihadapinya selama ia menulis buku yaitu ketika mengalami writing block dan jika berhadapan dengan biaya penerbitan yang mahal.

Karena seperti diungkapkannya, Nur Syamsiah menerbitkan bukunya secara mandiri. Solusi dari kesulitan tersebut, pertama rehat sejenak atau keluar jalan-jalan untuk menyegarkan otak. Kedua, menunggu ketersediaan dana atau mencari informasi promo-promo potongan harga dari penerbit. Promo-promo tersebut biasanya ada pada awal tahun.

Di tengah kesibukannya sebagai guru dan ibu dari enam anak, serta jarak tempuh antara rumah dan sekolah tempatnya bekerja yang jauh, Nur Syamsiah tetap bisa produktif menulis. Dirinya berprinsip bahwa dengan menulis akan mampu menelusuri lorong-lorong dunia yang sulit ditembus, bahkan dirinya merasa bahagia jika bukunya terbit meski biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.

Sebagian buku karya Nur Syamsiah, guru yang juga penulis. Foto : Istimewa
Agar menjadi penulis konsisten, Nur Syamsiah bagikan tips-tipsnya dalam menulis. Tips-tipsnya tersebut adalah ketika mendapat ide, langsung tulis ide tersebut. Kedua, biasakan menulis sebelum tidur walaupun satu kalimat.

Membiasakan menulis ini sangat penting bagi seorang penulis untuk melatih skill. Ketiga, sering-seringlah mengamati lingkungan masyarakat sekitar. Keempat, jangan bosan mencari ide.  

Terakhir guru yang suka menulis ini berpesan untuk menyemangati diri sendiri dan juga orang lain. “Terus dan tetaplah menulis,” ujar Nur Syamsiah.

Dalam hidupnya, Nur Syamsiah memiliki prinsip bahwa  harimau mati meninggalkan belang, guru mati meninggalkan tulisan. Karena itulah Nur Syamsiah akan terus dan terus menulis meski biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. (dhiyaah aisyah)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler