PORTAL BANDUNG TIMUR - Payung geulis dikenal sebagai salah satu ikon kerajinan Kota Tasikmalaya. Pada tahun 2001, saat Kota Tasikmalaya resmi menjadi daerah otonom, Payung Geulis juga resmi menjadi lambang kota tersebut.
Payung Geulis dipilih dari sekian kerajinan khas yang eksis di Kota Tasikmalaya. Tasikmalaya sendiri memang terkenal dengan kerajinan tangannya.
Bukan hanya payung geulis, Tasikmalaya juga merupakan rumah bagi industri kelom geulis, batik tasik, dan bordir. Di daerah kabupatennya, Kecamatan Rajapolah menjadi sentra kerajinan masyarakat dengan berjejer toko yang menawarkan hasil karya tangan masyarakat.
Baca Juga: Ekonomi Kreatif Kota Bandung Terpuruj, Yana Mulyana Ajak Kolaborasi Kemenparekraf
Geulis artinya elok atau cantik sehingga payung geulis berarti payung yang elok atau cantik. Bagai namanya, payung geulis bukan sekedar payung yang lazimnya kita ketahui.
Daripada difungsikan sebagai alat pelindung diri dari hujan dan teriknya matahari, Payung Geulis digunakan sebagai hiasan yang menambah nilai estetik, baik sebagai dekorasi ruangan atau bahkan sebagai aksesoris dan atribut desain pakaian.
Payung geulis biasanya dipakai sebagai penghias para mojang Tasikmalaya yang sedang memakai kebaya pada acara-acara tertentu. Contohnya pada acara perkawinan, upacara adat ataupun upacara kematian, dan bisa dipakai untuk penghias hotel, restoran, atau tempat pariwisata lainnya guna menambah keunikan tersendiri untuk menarik perhatian wisatawan.
Baca Juga: Kemenparekraf Dorong Pemerintah Daerah Selenggarakan Event
Pemerintah setempat juga pernah menerbitkan peraturan yang mewajibkan setiap hotel, perkantoran, dan rumah makan di wilayah Kota Tasikmalaya untuk memasang payung geulis sebagai hiasan depan pintu.
Jika kita mengunjungi Kota Tasikmalaya, akan dengan mudah mendapati Payung Geulis terutama di area taman kota dekat Masjid Agung Tasikmalaya. Di sana, tugu-tugu Payung Geulis raksasa berwarna emas kecoklatan menghiasi pinggiran jalan antara taman kota dengan Masjid Agung.