Keindahan Payung Geulis, Memberi Corak Warna Tasikmalaya

- 22 Mei 2021, 17:50 WIB
Mak Iyah (75) salah seorang pengrajin payung geulis saat melakukan proses ngararawat payung geulis di rumah produksi Karya Utama, Desa Payingkiran, Kec. Indihiang, Kota Tasikmalaya.
Mak Iyah (75) salah seorang pengrajin payung geulis saat melakukan proses ngararawat payung geulis di rumah produksi Karya Utama, Desa Payingkiran, Kec. Indihiang, Kota Tasikmalaya. /Foto : Istimewa

Keindahannya sampai mengantarkan kerajinan ini ke mancanegara. Di Moskow, kerajinan asal Tasikmalaya yang satu ini menjadi salah satu suvenir terlaris di Festival Indonesia tahun 2019 lalu. Pada sekitar tahun 1990-1991, negara-negara seperti Malaysia, Rusia, Italia, Jepang, dan Jerman banyak memesan kerajinan Payung Geulis.

Pembuatan payung geulis tidaklah mudah. Mak Iyah (75), salah seorang pelukis dan pengrajin payung geulis, mengatakan bahwa banyak tahapan yang harus dilalui untuk menghasilkan satu payung yang indah. Dalam pembuatannya, bukan hanya pengrajin payung yang dibutuhkan, tetapi juga mengandalkan peran para pengrajin kayu sebab dari merekalah para pengrajin payung mendapatkan kerangka payung.

Langkah awal yang dibutuhkan dalam pembuatan payung geulis adalah membentuk kain sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Kemudian kerangka payung geulis yang sudah didapat dari pengrajin kayu disatukan dan jarak antar jari-jari payung disesuaikan.

“Kira-kira sekepal tangan.” kata Ijal (21), salah seorang pegawai di Karya Utama. Setelah kerangka siap, kain payung mulai dipasangkan dan direkatkan menggunakan lem kayu. Agar melekat sempurna, payung selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari.

Proses selanjutnya adalah memasang hulu payung atau dihuluan yaitu pemasangan kertas di ujung payung agar tidak merosot. Selanjutnya adalah ngararawat yaitu memasang benang pada payung. Ketelitian dibutuhkan dalam proses ini.

Lukisan payung geulis di dinding Jl. Panyingkiran, Desa Payingkiran, Kec. Indihiang, Kota Tasikmalaya.
Lukisan payung geulis di dinding Jl. Panyingkiran, Desa Payingkiran, Kec. Indihiang, Kota Tasikmalaya. Foto : Istimewa

Ngararawat sebetulnya dapat dilakukan sebelum atau setelah payung dilukis, tahapannya diserahkan kepada pengrajin. Payung kemudian dilukis dengan berbagai motif dan setelah itu dijemur kembali agar catnya mongering. Tahapan selanjutnya adalah memasangkan gagang payung yang sebelumnya sudah di cat. Langkah terakhir adalah memasang kuncung yang terbuat dari kertas dan kayu di hulu payung.

Payung geulis memang pernah bertumbuh pesat dan menjadi sumber penghasilan masyarakat. Desa Panyingkiran pernah memiliki banyak pengrajin payung yang mengekspor hasil produksinya ke mancanegara. Sayangnya, sekarang ini jumlah rumah produksi dan pengrajin payung dapat dihitung jari.

Para pengrajin kebanyakan tidak lagi di usia muda pun tidak banyak anak muda yang tertarik menekuni bidang ini. Sandi (39) sangat meyayangkan payung geulis tidak terlalu dikenalkan kepada kaum muda dan anak-anak Tasikmalaya.

Padahal, menurutnya, jika eksistensi payung geulis ini ingin bertahan lama maka seharusnya pemerintah bisa lebih aktif dalam mengenalkan payung geulis misalnya lewat pembelajaran seni di sekolah dasar atau di setiap jenjang pendidikan. Ia juga berharap agar pemerintah dapat lebih memperhatikan nasib para pengrajin jangan hanya ‘mengambil’ karyanya saja. (siti nurbanita sari)***

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x