Kuda Renggong Monoton, Untungnya Masih Tetap Digemari

22 Agustus 2021, 19:13 WIB
Antraksi kesenian tradisional Kuda Renggong saat berlangsung Festival Kuda Renggong yang diselenggarakan setiap tahun sebelum pandemi Covid-19. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Seni kuda renggong (kuda menari), di jaman milenial ini ternyata tetap populer dan menjadi hiburan rakyat yang masih digemari banyak orang. Yang membanggakan, populernya kuda renggong ini, bukan hanya di Sumedang dan Jawa Barat, tetapi juga hingga ke level nasional.

Hal itu setidaknya disampaikan Wawan Gunawan, yang kini menjabat sebagai Direktur Pengembangan Destinasi II, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, ketika hadir pada acara Festival Pesona Kuda Renggong, di Sumedang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Atau kata politisi Muarar Sirait yang sangat peduli kepada kuda renggong.

“Kuda renggong, adalah seni tradisi yang sangat populer. Bukan hanya di Sumedang, tetapi juga di level nasional,” kata keduanya, suatu ketika Portal Bandung Timur di Sumedang, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Menag, Ujaran Kebencian dan Penghinaan Adalah Tindak Pidana

Terpisah, praktisi seni tradisional jebolan ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia) Bandung asal Rancakalong, Sumedang Ade Abdul Kholik mengatakan, selain populer, seni kuda renggong juga membawa harum nama Sumedang, di Jawa Barat, Indonesia, bahkan mancanegara.

“Berkat kuda renggong, Sumedang jadi terkenal. Bila menyebut Sumedang, kini, orang bukan hanya ingat tahu (makanan terbuat dari kacang kedelai) saja, tetapi juga ingat kuda renggong,” ujar Ade Abdul Kholik.

Dikatakan Ade Abdul Kholik, ada banyak fihak yang berjasa dan menyebabkan kuda renggong ada dan berkembang. Salahsatunya, Pangeran Aria Soeria Atmadja atau Pangeran Mekah, salahsatu Bupati Sumedang yang memerintah  dari 1882 hingga 1919. “Ya, karena beliaulah kuda renggong muncul,” kata Ade seraya menceritakan soal siapa Pangeran Mekah dan bagaimana awal mula Kuda Renggong muncul.

Baca Juga: Minggu Hari Ini, Badai Henri Ancam Sejumlah Wilayah Amerika Serikat

Ia menuturkan, Pangeran Mekah, adalah salahs seorang Bupati Sumedang yang memiliki perhatian besar terhadap olahraga balapan kuda. Pangeran Mekah juga disebut-sebut banyak membeli kuda dari Sumbawa untuk dikembang-biakan.

Menurut Ade, ada beberapa juru pelihara kuda yang dipercaya Pangeran Mekah, untuk memelihara kudanya. Salah satunya, juru pelihara asal Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Sumedang, yang memiliki anak bernama Sipan.

Suatu ketika, Sipan, anak juru piara kuda itu, melihat bahwa kuda  sebenarnya bisa disuruh menari jika dilatih dengan tekun. Kuda, di mata Sipan, punya sifat khas penurut.

Yakin bahwa kuda bisa dilatih, sejak tahun 1936 Sipan yang mendapat kepercayaan dari sang ayah untuk memelihara kuda Pangeran Mekah, mulai melatih kuda yang diurus ayahnya tersebut, hingga benar-benar bisa menari. Kuda menari itu, kemudian terkenal dengan sebutan kuda renggong.

“Begitulah. Kalau saja Pangeran Mekah tidak menyuruh ayah Sipan mengurus kuda di istal miliknya di wilayah Licin, Sumedang, kuda bisa menari, mungkin tidak akan tercipta,” kata Ade.

Hasil kerja keras Sipan itu, sejak 1936, di Sumedang mulai terkenal kuda renggong, selain kuda balap. Dalam perkembangannya, kuda renggong juga menyebar dan berkembang di daerah lain seperti Majalengka, Cirebon, Bandung, Subang, dan Bogor.

Atraksi seni tradisional Kuda Renggong.
Monoton

Membanggakan, begitulah kuda renggong Sumedang, kata sebagian orang. Namun demikian, Ade Abdul Kholik, merasa khawatir terhadap perkembangan Kuda Renggong Sumedang di jaman milenial kini.

Di satu sisi, Ade Abdul Kholik memang bangga, karena kuda renggong hingga kini masih diminati. Pemkab Sumedang pun hampir setiap tahun menggelar Festival Kuda Renggong. Dalam acara-acara penting seperti Peringatan Hari Jadi Sumedang dan Agustusan pun, Kuda Renggong sering ditampilkan dalam helaran.

Ia bahkan mengaku bangga, karena belakangan, grup Kuda Renggong banyak  bermunculan di Sumedang dan daerah lainnya, seiring dengan besarnya  permintaan warga untuk nanggap atau menggelar pertunjukkannya.

Baca Juga: Gerakan #CintaKitaBersama Bentuk Solidaritas Sesama Pelaku Industri Hiburan

Permintaan tersebut, umpamanya datang dari keluarga yang mengkhitan  anaknya, atau acara syukuran lainnya. Akan tetapi, di sisi lain, setelah ia lihat dan cermati, Kuda Renggong  dari dulu hingga kini tidak ada perubahan, terutama dalam gerakan tari   yang ditampilkannya.

“Saya lihat, gerakan tari Kuda Renggong itu monoton, belum ada kreasi  dan inovasi baru. Dari dulu, gerakannya, seperti itu terus,” ujar guru  yang sering diminta jadi juri lomba seni tersebut. ketika ditemui di  rumahnya di Pamulihan.

Menurut Ade, gerakan kuda Renggong yang sekarang muncul, merupakan gerakan tari kuda warisan Sipan, juru pelihara kuda asal Cikurubuk, Buahdua.  Adapun gerakan tari kuda  tersebut, adalah adean, torolong, jagrag dan  congklang.

Baca Juga: KAPUK Diluncurkan Dukung Program 100 Hari Kerja Bupati Cianjur  Herman Suherman

Adean, jelas Ade, merupakan gerakan kuda yang seolah-olah melintang jalan atau seolah-olah sedang berahi. Torolong, gerakan lari kuda  dengan cepat tapi pendek-pendek, jagrag, gerakan kuda biasa tetapi  cepat dan congklang, merupakan lari kuda dengan gerakan cepat dan kaki  sama-sama ke depan.

“Mencermati kuda renggong sekarang, saya sebenarnya berharap,  senimannya sudah mulai berinovasi dan menciptakan kreasi tari kuda  baru. Saya khawatir, karena gerakannya monoton, kuda renggong suatu  waktu kurang menarik lagi untuk ditonton,” kata Ade yang pernah aktif  berkesenian di Yogyakarta dan Sukabumi tersebut.

Namun Ade mengaku cukup paham mengapa seniman yang terlibat dalam seni  kuda renggong enggan mengeksplorasi dan mengotak-atik tari kuda  renggong. Di antaranya, karena mereka mengganggap, gerakan kuda warisan Sipan itu merupakan gerakan yang harus dilestarikan, jangan  dirobah.

Satu hal lagi, ungkapnya, karena beberapa seniman atau pemilik kelompok seni kuda renggong, malas melakukan inovasi atau yang  lainnya. “Mereka sepertinya cukup puas hanya dengan memiliki grup,” kata Ade.

Baca Juga: Ikatan Cinta Mulai Kurang ‘Greget’, Nino Tetap Semangat Ungkap Siapa Reyna

Yakin Tetap Digemari

Di lain fihak, Suba (51), seorang pawang kuda renggong warga Rancamulya, Sumedang Selatan, tidak menampik jika gerakan kuda  renggong dari dulu hingga kini tidak banyak berubah, walau ada satu dua pelatih kuda renggong yang berhasil membuat gerakan baru.

Ia juga setuju bahwa juru latih kuda renggong sekarang harus lebih kreatif, agar kuda renggong tidak membosankan.  “Namun kendati gerak kuda renggong tidak berubah, saya yakin, kuda renggong tetap akan digemari. Sebab hebatnya sebuah pertunjukkan kuda renggong itu bukan pada gerak atau atraksi kudanya saja. Ada hal lain yang juga penting,” ujarnya.

Ia menyebut, hal yang juga bisa jadi penyebab kuda renggong hebat dan menarik itu adalah juru sinden dan musik pengiringnya. Jika juru sinden atau penyanyi serta musik pengiringnya asal-asalan, sebagus apapun atraksi kudanya, pertunjukkannya tetap tidak akan menarik.

Hanya memang, akan lebih baik lagi, jika atraksi kuda renggongnya lebih variatif, tidak monoton, atau memiliki kreasi-kreasi baru. Mengenai gerak kuda renggong, Suba menyebutkan, sepengetahuannya, belakangan sebenarnya ada pelatih kuda yang berhasil membuat inovasi gerak.

Baca Juga: Kampung Ciherang Tetap Herang Tatkala Wana Wisata Baru Bermunculan di Sumedang

Maksudnya, gerakan ngibing kudanya, tidak hanya gerakan yang diajarkan Sipan dan keturunnya di Cikurubuk.  “Pelatih tertentu, terutama pelatih keturuan Bah Sipan yang tersebar di beberapa tempat di Sumedang dan Kabuparen Bandung, ada yang berhasil membuat kreasi gerak kuda baru,” kata Suba yang mengaku sering memanfaatkan kuda renggongnya untuk jadi kuda tunggang di pasar dadakan seperti Pasar Dadakan Unpad Jatinangor tiap hari Minggu.

Gerakan tersebut yang paling baru dan disukai adalah gerakan kuda menunduk dan tidur hingga beberapa lama, dan kuda tidur kemudian diberi beban (manusia) di atasnya.

Hanya memang, yang bisa melakukannya hanya pelatih tertentu saja. Selain itu, gerakannya pun masih belum banyak, dan hanya bersifat pengembangan dari gerakan yang diajarkan Bah Sipan saja.

“Tapi mudah-mudahan saja, ke depan pelatih kuda bisa melatih kuda renggongnya dengan gerakan-gerakan yang lebih baru, walau saya rasabsusah,” kata Suba lagi. (ap.sutarwan)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler