Bi Ian Mengecap Manisnya Buah Strawberry Khas Ciwideuy

16 Juni 2023, 09:19 WIB
Agar-agar strawberry buatan Bi Ian menjadi oleh-oleh khas Ciwideuy Kabupaten Bandung. /Portal Bandung Timur/Alika Syafitri/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Siapa yang tidak kenal dengan daerah Ciwidey? Sebuah kawasan pegunungan dengan perkebunan tehnya di Kabupaten Bandung Jawa Barat wilayah Selatan yang memiliki hawa sejuk membuat siapa saja betah berlama-lama menghabiskan waktu disini.

Sekedar menenangkan hati dan fikiran, ataupun menjelajahi tempat wisatanya. Ciwidey adalah salah satu tempat yang memiliki banyak destinasi wisata. Tak heran jika waktu weekend tiba banyak wisatawan yang berkunjung.

Sudah sedari dulu strawberry dikenal sebagai buah yang dijadikan buah tangan dari Ciwidey. Tak hanya itu tapi juga menjadi ladang mengais rezeki. Namun ada hal lain yang berbeda, yaitu olahannya berupa manisan strawberi yang menjadi sebuah makanan lokal khas dari daerah ciwidey.

Baca Juga: Usaha Kuliner Seblak Segurih Rasanya

Bu Dian sebagai penjual manisan agar-agar strawberi merupakan satu diantara banyaknya penjual dagangan serupa yang masih mempertahankan barang dagangannya. Hingga kini masih banyak disukai dan dijadikan oleh-oleh khas Ciwidey.

Manisan agar-agar strawberi terbuat dari dua bahan baku utama yakni buah strawberi dan agar –agar. Manisan ini memiliki warna merah merona dengan sedikit transparan. Rasanya manis dengan sedikit keasam-asaman layaknya buah strawberi.

Namun tidak terlalu asam karena dibantu oleh campuran agar-agar. Tekstur manisan ini lembut dan berbentuk bergelombang serta tipis memanjang.

Bi Ian, begitulah orang orang menyebutnya. Wanita berusia 57 tahun ini merupakan seorang penjual manisan agar-agar strawberi di Ciwidey. Semua ia lakukan demi mencukupi kebutuhan dan menghidupi ketiga anaknya yang masih bersekolah.

Baca Juga: Resep Brownies Kukus Simple dengan Bahan Sederhana

Suaminya bekerja dengan waktu yang tidak menentu sebagai buruh serabutan. Dari rumahnya di Dusun Cipanawa RT 04 RW 06 Desa Alamendah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung,  Bi ian menghasilkan manisan agar-agar strawberi.

Di dalam rumah kontrakan berukuran 3 x 6 ini pula ia bisa mengobati kepedihan hidup dengan canda-tawa anak-anaknya. Mungkin dari luar hanya tampak rumah biasa yang terlihat, namun di dalamnya menyimpan banyak cerita yang tak banyak orang tahu.

Matahari sudah berada tepat diatas kepala mengeluarkan terik yang panas di siang hari. Langkah demi langkah Bi Ian susuri demi mendapatkan strawberi sebagai bahan untuk olahan manisan . Siang itu, ia mengitari pengepul yang biasa menampung strawberi untuk mencari buah yang sudah terlalu matang dan hasil sortiran.Bisa dibilang kualitasnya tidak terlalu bagus.

Agar-agar strawberry banyak disukai wisatawan saat berkunjung ke Ciwideuy karena rasanya yang khas dan harganya yang murah.
Selain bisa mengeluarkan warna merah pekat, strawberi dengan keadaan seperti  itu juga menjadikan manisan mempunyai cita rasa manis. Satu kilo strawberi jenis ini dihargai Rp.10.000.

Setelah mendapatkan semua bahan bahan pembuatan manisan agar-agar strawberi, Bi ian mengolahnya tanpa bantuan tangan orang lain. Ia selalu menjaga kebersihan. Sesudah strawberi dicuci, kemudian dimasukan ke dalam Blender untuk dihancurkan.

Kemudian Bi Ian menyiapkan panci untuk menampung strawberi yang sudah hancur, bersamaan dengan strawberi tersebut dididihkan dan dicampuri gula, agar-agar merah, dan vanilli sambil diaduk. Jika sudah dirasa cukup tercampur, lalu dituangkan ke atas loyang dan didiamkan hingga 3-4 jam agar mengering sendiri, sebab bi Ian tidak mempunyai lemari pendingin. Jika sudah lalu manisan dipotong bergelombang tipis dan siap untuk dijemur.

Dibawah terik matahari yang panas, Bi Ian menjemur manisan agar-agar strawberi sambil sesekali meratapi nasibnya. Kerut di dahinya, rambut yang mulai bermunculan uban, dan  garis kerutan dekat matanya menandakan bahwa bi ian seharusnya menikmati waktu tua dengan banyak istirahat.

Baca Juga: MAU Healing, ke Desa Wisata Bojonggambir Aja

Namun apa boleh buat mungkin sudah seharusnya seperti ini, ucapnya. “Kita mah hanya bisa berusaha, selebihnya tuhan yang ngatur”, ucapnya menambahkan.

Setelah dijemur selama 4-5 hari, manisan agar-agar strawberi yang sudah kering dikemas ke dalam toples berukuran 250 ml. Di suatu sore yang cerah Bi Ian seperti biasa datang ke tempat sentra oleh-oleh Ciwidey untuk menitipkan barang dagangannya.

Setiap satu toples manisan dihargai Rp.35.000. Setiap minggu bi Ian kembali lagi ke tempat itu untuk membawa uang hasil penjualan manisan. Meskipun tak seberapa tapi selalu ia cukup-cukupi untuk kebutuhan anak-anaknya.

“Saat waktu liburan tiba, utamanya libur panjang itu adalah kesempatan untuk mencari pundi-pundi rupiah” ujar Bi ian. Ia tidak mengeluh jika dagangan manisan strawberinya sepi dari pembeli.

Sebab tidak setiap hari daerah Ciwidey ramai oleh wisatawan. Wajar saja jika dagangannya sesekali tidak ramai oleh pembeli, sebab makanan lokal ini mungkin terkalahkan oleh makanan yang lebih kekinian.

Bagaimanapun keadaannya, ia tetap bersyukur terhadap rezeki yang ada. “Ada hal yang membuat saya terus semangat yakni anak-anak saya” ujar Bi ian dengan penuh harap. Keinginannya yang besar membuat ia terus bersemangat. Hasil penjualannya sebagian ia tabungkan untuk membayar kontrakan yang harus dibayarkan setiap enam bulan sekali.

Bi ian selalu menerima dengan ikhlas terhadap kenyataan yang ada. Dagangan yang ia titipkan pada sentra oleh-oleh selalu saja ada yang terjual tiap minggunya. Setidaknya ada pemasukan dalam satu pekan. Anak-anaknya yang sudah menunggu dan kebutuhan yang terus mengalir menjadi faktor ia harus tetap gigih memproduksi manisan ini. (Alika Syafitri)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler