Wujudkan Cita-cita, Hasanudin Petaruhkan Nyawa Menyeberang Sungai Cigonggang Agrabinta

- 4 Oktober 2022, 21:50 WIB
Sekelompok anak Desa Neglasari Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur bertaruh nyawa untuk menuntut ilmu  dengan menyeberangi sungai Cigonggang.
Sekelompok anak Desa Neglasari Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur bertaruh nyawa untuk menuntut ilmu dengan menyeberangi sungai Cigonggang. /Portal Bandung Timur/dani jatnika/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Udara dingin berkabut tipis Kampung Neglasari Ciakar Desa Neglasari Kecamatan Agrabinta dipagi hari tidak menyurutkan Hasanudin, anak remaja berusia 14 tahun untuk berangkat ke sekolah. Demikian pula halnya dingin dan derasnya aliran sungai Cigonggang yang harus di sebrangi dirinya bersama sejumlah rekannya untuk menuju MTs Neglasari yang berada di seberang sungai.

Hal tersebut merupakan rutinitas yang dilakukan Hasanudin saat dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar. “Bedanya dulu waktu masih kecil pergi ke sekolah saat menyeberang (sungai) Cigonggang disebrangkan bapak dengan cara di gendong, sekarang sudah besar (menyeberang sendiri),” aku Hasanudin saat ditemui Portal Bandung Timur, Selasa 4 Oktober 2022 saat melepas lelah pulang sekolah sebelum menyeberang sungai Cigonggang yang airnya berarus deras.

Diakui Hasanudin, seperti halnya kakak-kakaknya terdahulu untuk menggapai impian dan merubah nasib, berbekal kepintaran ilmu pengetahuan serta kemauan kuat untuk sekolah belum cukup.  “Ada banyak yang ingin sekolah tapi tidak memiliki keberanian menyeberang Cigonggang, akhirnya sekolahnya belang betong (banyak bolos) karena sekolah hanya kalau Cigonggang sedang surut, kalau sedang deras memilih diam dirumah atau membantu orang tua ke kebun,” ujar Hasanudin.

Baca Juga: RESMI, Baim dan Paula Dipolisikan Sahabat Polisi Indonesia Karena Ini

Bagi Hasanudin dan teman-teman lainnya masa depan tetap harus diperjuangkan meski kondisi sulit. "Kalau dibilang semangat atau tidak, ya mau bagaimana lagi. Begini sudah kondisi kami di sini. Demi pendidikan, kami harus lewati ini," katanya.

Di balik semangatnya itu, Hasanudin berharap akan terwujud infrastruktur yang memadai, khususnya jembatan yang melintasi sungai Cigonggang. "Satu harapan kami, pemerintah membangun jembatan atau apapun supaya kami tidak lagi nyeberang arus sungai untuk sekolah," katanya.

Bukan hanya Hasanudin seorang, menurut Nasihin Kepala Desa Neglasari ada banyak anak sekolah yang harus mempertaruhkan nyawa untuk menuntut ilmu di desa yang dipimpinnya. “Sampai sudah sejak puluhan tahun anak-anak dari kampung Neglasari Ciakar, RT 07 RW 04 dan kampung Cikahuripan RT 14 RW05 di Desa Neglasari, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur, harus menyeberang sungai Cigonggang untuk menuntut ilmu, karena tidak ada jembatan penghubung,” terang Nasihin.

Baca Juga: Hasil Rembuk Rakyat, PSI Dukung Pasangan Ganjar Pranowo Yenny Wahid Sebagai Capres Cawapres 2024

Pada musim hujan seperti sekarang ini, mereka harus extra hati-hati dan waspada karena bisa saja tiba-tiba datang banjir bandang. Selain itu kalo air sedang besar dan meluap mereka terpaksa meliburkan diri tidak pergi ke sekolah karena air sungai deras tidak bisa dilalui.

Bahkan mereka bisa sampai satu Minggu tidak sekolah menunggu sungai surut. “Sungai Cigonggang ini menjadi akses warga untuk melakukan aktivitas sehari-hari termasuk anak-anak yang pergi ke sekolah. Namun jika hujan deras dan debit air sungai tinggi, para pelajar tidak bisa berangkat sekolah karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kalo sudah begitu bisa berhari-hari tidak sekolah akibat masih derasnya arus sungai," ungkap Nasihin.

Nasihin menambahkan, sungai Cigonggang ini sudah banyak menelan korban. Setiap tahunnya selalu ada saja korban yang terpeleset karena memaksakan untuk melintas disaat kondisi sungai masih deras.

Rasa dingin dan derasnya sungai Cigonggang  Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur dilawan anak-anak Desa Neglasari untuk menuntut ilmu.
Rasa dingin dan derasnya sungai Cigonggang Kecamatan Agrabinta Kabupaten Cianjur dilawan anak-anak Desa Neglasari untuk menuntut ilmu.
"Ya mungkin memaksakan diri dan tidak hati-hati saat melintas hingga terpeleset dan jatuh terbawa air sungai deras. Sebenarnya ada jalan untuk memutar namun jauh sekali harus menempuh tiga kilometer," ujar Nasihin.

Sebenarnya dulu memang ada jembatan yang terbuat dari bambu hasil gotong royong warga namun terbawa arus sungai saat terjadi banjir bandang sehingga warga sudah bosan membuatnya.

Pihak desa juga tidak tinggal diam sejak tahun 2010 sudah mengajukan proposal ke Pemkab, Cianjur, Provinsi Jabar dan Kementerian PUPR untuk pembuatan jembatan beton, namun hingga sekarang tidak ada realisasinya dari pihak terkait.

Padahal jembatan tersebut sangat penting agar anak-anak bisa berangkat ke sekolah dengan nyaman tidak perlu merasa dihantui ketakutan lagi. Selain untuk anak sekolah juga untuk warga lainnya beraktivitas sehari-hari sehingga bisa meningkatkan perekonomian warga.

Baca Juga: Festival Indonesia di Melbourne Jadi Obat Kangen Diaspora Indonesia di Australia

Sebagaimana janji politik pasangan Herman Suherman dan TB Mulyana Syahrudin sebagai Bupati dan Wakil Bupati Cianjur terpilih pada Pilkada 2020 lalu, Pendidikan dan Pembangunan Infrastruktur masuk dalam 5 Program Unggulan.

Pendidikan dan Pembangunan Inprastruktur masuk  dalam Visi Kabupaten Cianjur, Cianjur Mandiri, Maju, Religius dan Berakhlak Mulia dan sudah tertuang dalam  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

Besar harapan masyarakat Sukanegla di Kecamatan Agrabinta wilayah mereka tersentuh program 5 unggulan Bupati Cianjur Herman Suherman-TB Mulyana Syahrudin. Kalaupun tidak tersentuh ke 5 program unggulan minimal terwujud jembatan yang akan menghubungkan anak-anak di Desa Sukanegla dengan cita-cita dan impiannya, juga impian masyarakatnya dalam merubah kehidupan lebih baik. (dani jatnika)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x