Gunung Papandayan; Surga Kecil Wisatawan di Kabupaten Garut Jawa Barat

- 11 Juli 2023, 09:12 WIB
Menunggu matahari terbit di pagi hari ataupun pergi di sore hari di puncak Gunung Papandayan Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut merupakan momentum sangat diburu pecinta alam maupun wisatawan.
Menunggu matahari terbit di pagi hari ataupun pergi di sore hari di puncak Gunung Papandayan Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut merupakan momentum sangat diburu pecinta alam maupun wisatawan. /Portal Bandung Timur/Sabiq Muhammad Fadhlan/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Begitu menapaki kaki di Gunung Papandayan, sejuta keindahan terpancar dari puncaknya yang menjulang tinggi di kawasan Kabupaten Garut, Jawa Barat.  Tepatnya di Desa Karamat Wangi, Kecamatan Cisurupan, sekitar 29,2 kilometer dari pusat pemerintahan Kabupaten Garut. 

Dalam kabut tipis dan kilau cahaya pagi, gunung ini mengajak para wisatawan untuk menjelajahi keajaiban alam yang tak tergantikan. Namun, apa yang membuat Gunung Papandayan begitu istimewa?

Sebagai gunung berapi yang berusia ribuan tahun, Gunung Papandayan dipenuhi dengan mitos dan legenda yang melingkupinya. Salah satu legenda terkenal adalah kisah tentang Dewi Rara Santang, seorang putri yang dipercaya menjadi pelindung gunung ini.

Baca Juga: Kang Agung, Mempertahankan Tanah Leluhur Demi Masa Depan Anak Cucu

Keberadaannya memberikan nuansa magis dan misteri yang meliputi setiap sudut dari Gunung Papandayan. Namun Gunung Papandayan menawarkan pesona alam yang tak terlupakan.

Para pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan lapangan rumput yang hijau, air terjun yang memukau, dan danau kawah yang menawan. Tidak hanya itu, keberadaan area perkebunan teh yang terhampar luas juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Salah satu daya tarik Gunung Papandayan yang paling menawan adalah keberadaan Bunga Edelweis. Bunga yang langka dan indah ini tumbuh di lereng gunung, menciptakan pemandangan yang memikat hati.

Baca Juga: Transaksi di Shopee Live Meningkat 12 Kali Lipat di Puncak 7.7 Live Bombastis Sale

Memandang Bunga Edelweis yang berkembang di tengah kejayaan alam liar adalah pengalaman yang menyegarkan bagi para pengunjung. Ditambah dengan sesekali suara gemuruh angin bersahutan dengan gas keluar dari kawah.

Gunung Papandayan tidak hanya menyediakan pemandangan indah, tetapi juga akses yang mudah. Berangkat dari Jakarta, wisatawan bisa menggunakan Bus Primajasa dari Terminal Cililitan, Pasar Rebo, atau Kampung Rambutan menuju Garut dengan waktu perjalanan sekitar lima jam, waktu tempuh yang lebih lama dua jam dibandingkan dengan wisatawan yang berangkat dari daerah Bandung.

Wisatawan dari Bandung cukup menggunakan minibus sampai pertigaan Pasar Cisurupan sekitar dua jam perjalanan dan menggunakan ojek atau minibus lagi sekitar satu jam hingga sampai di Kawasan wisata Gunung Papandayan.

Menikmati suara gemuruh kawah dan angin di puncak Gunung Papandayan merupakan kenikmatan tersendiri.
Menikmati suara gemuruh kawah dan angin di puncak Gunung Papandayan merupakan kenikmatan tersendiri.
Wisatawan akan dikenakan tarif sebelum memasuki Gunung Papandayan sebesar tiga puluh ribu rupiah bagi turis domestik dan dua ratus ribu rupiah bagi wisataawan mancanegara. Wisatawan akan dikenakan tarif lebih lanjut sebesar tiga puluh lima ribu rupiah bagi turis domestik dan seratus lima ribu rupiah bagi turis mancanegara jika memilih untuk berkemah di Gunung Papandayan.

Sebuah harga yang murah jika dibandingkan dengan keindahan dan pengalaman luar biasa merasakan langsung keindahan alam yang disajikan Gunung Papandayan.

Dengan jalur yang landai, para wisatawan tak perlu khawatir sekalipun tidak pernah mendaki karena Gunung Papandaian termasuk gunung yang ramah bagi pendaki pemula. Dari pintu masuk kawasan wisata, para wisatawan hanya butuh sekitar lima jam waktu pendakian untuk sampai di puncak dan menikmati keseluruhan indahnya Gunung Papandayan.

Dengan estimasi waktu demikian, liburan dua hari satu malam menjadi opsi yang cukup untuk menghabiskan waktu di Gunung ini. Mendaki dari pintu masuk, wisatawan akan dimanjakan selama kurang lebih 30 menit waktu pendakian menuju Kawah Mas oleh pemandangan sekitar.

Baca Juga: Fazrul Rachman, Esotik Anggrek Jadi Inspirasi Berkarya hingga Terbangunnya Tatanan Nilai

Mendaki ke Kawah Mas, wisatawan akan bertemu dengan kawah di sekitaran rute pendakian yang masih mengeluarkan asap layaknya kabut yang tebal di permukaan dengan pemandangan batu vulkanis berwarna putih.

Pondok Salada menjadi spot berikutnya setelah wisatawan sampai di Kawah Mas. Danau hijau, sungai yang bercampur dengan belerang, dan jalur yang cukup terjal menjadi rute yang akan dilalui wisatawan selama 2 jam pendakian menuju Pondok Salada.

Wisatawan diperbolehkan memasang tenda dan menginap di kawasan Pondok Salada untuk menginap atau beristirahat sebelum melanjutkan pendakian menuju Tegal Alun. Agar tidak menyisakan satu pun pengalaman mendaki, ada baiknya ketika menuju Tegal Alun para wisatawan memilih jalur sisi kiri.

Melalui jalur ini wisatawan akan berpapasan langsung dengan Hutan Mati. Pohon-pohon berwarna hitam tanpa dedaunan dengan hamparan berwarna putih menjadi pijakan serta pemandangan danau hijau dan kawah yang mengeluarkan asap di area bawah menjadikan kawasan Hutan Mati sangat sayang untuk dilewatkan.

Jalur pendakian yang sangat menantang di Gunung Papandayan aman tidak hanya bagi pendaki tapi juga bagi wisatawan.
Jalur pendakian yang sangat menantang di Gunung Papandayan aman tidak hanya bagi pendaki tapi juga bagi wisatawan.
Edelweis terbesar se-Asia Tenggara bisa wisatawan jumpai ketika sampai di Tegal Alun. Di tengah padang rumput yang hijau dan puncak gunung yang menjulang, kelopak putih Edelweis berdiri dengan anggun. Pemandangan ini menciptakan kontras yang menakjubkan dan memberikan kesan magis bagi pengunjung yang menyaksikannya.

Sebab adanya kepentingan perlindungan dan konservasi, penting bagi wisatawan untuk ikut menjaga keindahan ini dengan tidak memetik atau merusak Edelweis demi tujuan apapun.

Layaknya mendaki gunung-gunung lain, pendakian Gunung Papandayan juga berakhir di puncak gunung sebelum kembali ke Pondok Salada untuk bermalam atau beristirahat. Selain rasa puas dan kesenangan yang luar biasa, hanya ada pepohonan dan pemandangan alam biasa yang bisa wisatawan nikmati di area puncak.

Gunung Papandayan bukan hanya tentang keindahan alam semata, tetapi juga tentang wisata edukasi yang menginspirasi. Pusat Informasi Gunung Papandayan menyediakan berbagai informasi tentang keberagaman alam, sejarah, geologi, dan pelestarian lingkungan. Pengunjung dapat belajar tentang ekosistem yang rapuh dan pentingnya menjaga kelestariannya.

Baca Juga: Jalan Braga, Galeri Seni Jalanan di Pusat Kota Bandung

Gunung Papandayan tercatat dalam sejarah pernah mengalami erupsi besar yang meninggalkan jejak kehancuran pada tahun 2002. Namun, dengan upaya mitigasi bencana yang efektif dan peran aktif masyarakat sekitar, Gunung Papandayan pulih kembali dan menjadi tempat yang aman untuk dikunjungi.

Kesadaran akan pentingnya mitigasi bencana juga menjadi pesan yang ingin disampaikan melalui keindahan gunung ini. Selain dikunjungi sebagai kawasan wisata pendakian, Gunung Papandayan juga berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi satwa liar.

Berbagai jenis burung langka, kera ekor panjang, dan berbagai mamalia endemik hidup di kawasan ini. Keberagaman hayati yang ditemukan di Gunung Papandayan merupakan hasil dari lingkungan yang terjaga dengan baik dan menambah daya tarik bagi para pecinta alam.

Gunung Papandayan merupakan contoh nyata pariwisata berkelanjutan. Dengan upaya menjaga kelestarian alam dan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pembangunan pariwisata, gunung ini mampu memberikan manfaat ekonomi dan tetap menjaga warisan budaya dan alam yang berharga.

Sebagai surga kecil wisatawan, Gunung Papandayan memiliki segala yang diidamkan para petualang. Dari keindahan alam yang menawan hingga keberagaman budaya dan mitos yang menyertainya, gunung ini memberikan pengalaman yang tak terlupakan.

Gunung Papandayan adalah destinasi yang menawarkan keajaiban dan keindahan yang memikat hati, menjadikannya tempat yang patut dikunjungi bagi siapa pun yang mencari petualangan dan inspirasi dalam alam semesta yang indah ini. (Sabiq Muhammad Fadhlan)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah