Kata Mirzam Abdurrachman tentang Erupsi Gunung Semeru

- 7 Desember 2021, 19:00 WIB
Foto satelit puncak Gn. Semeru.
Foto satelit puncak Gn. Semeru. /Sumber : Dr. Mirzam Abdurrachman./

PORTAL BANDUNG TIMUR - Material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut.  Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur merupakan gunung api aktif tipe A memiliki interval letusan jangka pendeknya 1hingga 2 tahun dan terakhir meletus bulan Desember tahun 2020.

Hal tersebut disampaikan Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., sebagaimana dikutip dari laman itb.ac.id, bahwa material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” terang Mirzam Abdurrachman.

Mengutip dari Magma Indonesia, menurut Mirzam Abdurrachman, visual letusan tidak teramati akan tetapi erupsi ini terekam di seismograf dengan amplitudo maksimum 25 mm dan durasi 5160 detik. “Saat terjadi erupsi warga cenderung tidak merasakan adanya gempa, akan tetapi tetap terekam oleh seismograf, hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma,” terang Mirzam Abdurrachman.

Baca Juga: PPKM Level 3 Urung Dilaksanakan, Indonesia Sudah Lebih Siap Hadapi Musim Libur Nataru

Disampaikan Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (F ITB), kenapa Gunung Semeru bisa meletus. “Ada tiga hal yang menyebabkan sebuah gunung api bisa meletus,” ujar Mirzam Abdurrachman.

Pertama, menurut  Mirzam Abdurrachman, karena volume di dapur magmanya sudah penuh. Kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.

“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Gunung Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Gunung Semeru tetap bisa erupsi,” jelas Mirzam Abdurrachman.

Baca Juga: 5.000 Orang Calon Guru PPPK Kota Bandung Siap Seleksi Kompetensi

Dijelaskan Mirzam Abdurrachman, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukannya, disimpulkan Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1 hingga 2 tahun.

Terakhir Gunung Semeru tercatat pernah mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember. “Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” ujar Mirzam Abdurrachman.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x