Siti Nadia Tarmidzi, Omicron Berkembang Pertimbangkan Bepergian ke Luar Negeri

31 Desember 2021, 03:00 WIB
Ilustrasi bandara. Hampir seluruh kasus Omicron di Indonesia di dominasi warga yang telah melakukan perjalanan ke luar negeri. /Pixabay/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Kasus varian Omicron di Indonesia di dominasi Warga Negara Indonesia (WNI) baru pulang bepergian dari luar negeri masyarakat dihimbau agar tidak melakukan perjalanan luar negeri untuk mencegah penularan virus Covid-19 varian Omicron. Dalam waktu dua minggu ada 68 kasus Omicron terdeteksi di Indonesia dan 15 orang di antaranya merupakan pelaku perjalanan dari Turki.

Dalam keterangan persnya Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmidzi mengungkapkan bahwa berdasar data WHO dari penghitungan prediksi peningkatan kasus akibat Omicron dibandingkan dengan Delta dan dengan mempertimbangkan tingkat penularan dan risiko keparahan.Didapat hasil bahwa kemungkinan akan terjadi peningkatan penambahan kasus yang cepat akibat Omicron.

“Akan tetapi diiringi dengan tingkat penggunaan tempat tidur rumah sakit atau ICU yang lebih rendah dibandingkan dengan periode Delta. Artinya varian Omicron memiliki tingkat penularan yang tinggi tapi dengan risiko sakit berat yang rendah,” ujar  Siti Nadia Tarmidzi yang juga menjabat sebagai Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2P) di Kementerian Kesehatan.

Baca Juga: Pasca Libur Natal BOR di Kota BandungSempat Naik 5 Persen, Warga Kota Bandung Kembali Diingatkan

Meski drmikian menurut Siti Nadia Tarmidzi, masyarakat tetap harus waspada karena situasi dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu upaya pencegahan dan pengendalian, serta upaya mitigasi lainnya harus tetap berjalan.

Selain itu menurut Siti Nadia Tarmidzi, pihaknya mengingatkan kembali untuk menunda perjalanan ke luar negeri bagi para WNI karena resiko penularan yang besar. Apabila sedang berada di luar negeri tetap jalankan protokol kesehatan.

“Kasus Omicron telah terjadi transmisi lokal di Indonesia, masyarakat diminta waspada dan tetap disiplin protokol kesehatan. Perlu menjadi perhatian bahwa kita juga sudah mengidentifikasi kasus transmisi lokal, artinya risiko penularan di masyarakat juga sudah ada,” ujar Siti Nadia Tarmidzi.

Disampaikan Siti Nadia Tarmidzi, berdasarkan WHO HQ Enhancing readiness for Omicron (B.1.1.529),  Technical Brief and Priority Actions for Member States. 23 December 2021 disebutkan varian Omicron memiliki karakteristik penularan yang lebih cepat daripada varian Delta pada negara-negara yang telah mengalami transmisi komunitas.

Baca Juga: KP3 dan Pojok Literasi Mang Oded Ada di Antapani Tengah

Di Inggris, tingkat keparahan varian Omicron menyebabkan 29 kematian. Estimasi risiko masuk perawatan gawat darurat Omicron 15-25 % lebih rendah dibandingkan Delta. Estimasi risiko hospitalisasi (rawat inap 1 hari atau lebih) akibat Omicron 40-45% lebih rendah.

Mutasi Omicron mengurangi efektivitas antibodi monoklonal termasuk Ronapreve (kombinasi Casirivimab dan Imdevimab). Data awal menunjukkan Sotrovimab masih bisa menghambat Omicron dibandingkan antibodi monoklonal lainnya.

Sementara di Indonesia, dalam waktu dua minggu (26 Desember 2021), 46 kasus Omicron terdeteksi. Diantaranya 15 orang atau 32,6 persen merupakan pelaku perjalanan dari Turki. Ada pula kasus konfirmasi Omicron yang berasal dari pelaku perjalan luar negeri dari Inggris, UEA, Arab Saudi, Jepang, Malaysia, Malawi, Republik Kongo, Spanyol, USA, Kenya, Korea, Mesir, dan Nigeria.

Sebanyak 74 persen kasus Omicron sudah divaksin lengkap, 80 persen tanpa gejala atau bergejala ringan, dan 96 persen kasus adalah WNI. “Hingga 30 Desember 2021ada penambahan kasus konfirmasi Omicron sebanyak 21 kasus yang merupakan pelaku perjalanan luar negeri, sehingga kini total kasus Omicron sebanyak 68 orang,” pungkas Siti Nadia Tarmidzi. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno

Tags

Terkini

Terpopuler