Bukan Karena Masalah Perluasan Hutan, Banjir di Kalsel

- 22 Januari 2021, 11:30 WIB
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah saat media briefing yang diselenggarakan secara virtual.   
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah saat media briefing yang diselenggarakan secara virtual.   /Biro Hubungan Masyarakat KLHK/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), MR Karliansyah menegaskan, banjir yang terjadi di Kalimantan Selatan disebabkan anomali cuaca. Bukan karena luas hutan di Daerah Aliran Sungai  Barito wilayah Kalsel.

“DAS Barito Kalsel  seluas 1,8  juta hektar hanya merupakan sebagian dari DAS Barito Kalimantan seluas 6,2 juta hektar. DAS Barito Kalsel secara kewilayahan hanya mencakup 39,3 persen kawasan hutan dan 60,7 persen Areal  Penggunaan Lain (APL) bukan hutan,” ujar Karliansyah.

Dikatakan Karliansyah, kondisi  wilayah DAS Barito Kalsel tidak sama dengan  DAS Barito Kalimantan secara keseluruhan. Sangat jelas bahwa banjir pada DAS Barito Kalsel yaitu pada  Daerah Tampung Air (DTA)  Riam Kiwa, DTA Kurau dan DTA Barabai karena curah hujan ekstrim, dan sangat mungkin dengan recurrent periode 50 hingga 100 tahun. 

Baca Juga: Tahun 2021, Perekaman KTP-El 5,7 Juta Usai

''Penyebab utamanya terjadi anomali cuaca dengan curah hujan sangat tinggi. Selama lima hari dari tanggal 9 hingga 13 Januari 2021, terjadi peningkatan 8hingga 9 kali lipat curah hujan dari biasanya. Air yang masuk ke sungai Barito sebanyak 2,08 miliar m3, sementara kapasitas sungai kondisi normal hanya 238 juta m3,'' papar Karliansyah saat media briefing yang diselenggarakan secara virtual., dilansir dari laman menlhk.go.id.

Daerah banjir menurut Karliansyah, berada pada titik  pertemuan 2 anak sungai yang cekung. Morfologinya merupakan meander serta fisiografi-nya berupa tekuk lereng (break of slope), sehingga terjadi akumulasi air dengan volume yang besar. 

“Faktor lainnya yaitu beda tinggi hulu-hilir sangat besar, sehingga suplai air dari hulu dengan energi dan volume yang besar menyebabkan waktu konsentrasi air berlangsung cepat dan menggenangi dataran banjir,” kata Karliansyah.

Baca Juga: Jembatan Bailey Terpasang, Konektivitas Provinsi Kalsel Terbantu

Apa yang dikemukakan Karliansyah ini sekaligus meluruskan pemberitaan beberapa media yang keliru  menyatakan bahwa Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengakui ada pengurangan luas hutan di Kalimantan dalam 10 tahun terakhir  yang kemudian menyebar di media sosial. Kekeliruan antara lain karena yang dijelaskan adalah DAS Barito Kalsel, bukan DAS Barito Kalimantan secara keseluruhan. Dan penjelasan lainnya juga perlu diberikan karena analisis yang dilakukan itu, menggunakan metode analisis kawasan hutan yang tidak sesuai standard dan tidak dengan kalibrasi menurut metode resmi yang dipakai. 

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: KLHK.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x