Jelang Pemilu 2024, MUI Disarankan Perkuat Narasi yang Lebih Sejuk

- 20 Agustus 2022, 18:34 WIB
Pakar Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Gun Gun Heryanto
Pakar Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Gun Gun Heryanto /MUI

PORTAL BANDUNG TIMUR - Jelang kontestasi elektoral Pemilu 2024, dipredikisi akan terjadi polarisasi yang mengeras dan menajam. Polarisasi tersebut dinilai akan lebih tajam, apabila ada trigger atau pemicunya. Karenanya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) disarankan untuk memperkuat narasi di Pemilu 2024.

Pakar Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Gun Gun Heryanto menjelaskan, narasi yang perlu diperkuat yaitu membangun pemahaman seperti pada Milad ke-47 MUI beberapa waktu lalu, yaitu ukhuwah kebangsaan, merajut kesatuan dan persatuan.

“Ini adalah peran MUI yang perlu diperbanyak, kenapa? Karena biasanya jelang kontestasi elektoral ada polarisasi yang mengeras dan menajam,” ujarnya dalam Halaqoh Mingguan Infokom MUI yang bertajuk: Strategi Komunikasi Politik MUI Menjelang Tahun Politik, seperti dilansir dari laman resmi MUI, 20 Agustus 2022.

Baca Juga: Irjen ferdy Sambo Segera Jalani Sidang Komisi Kode Etik dan Profesi Polri

Gun Gun Heryanto yang juga Wakil Ketua Komisi Infokom MUI mengatakan, penguatan narasi dan manajemen komunikasi oleh MUI harus diperkuat yang juga diiringi dengan kerja sama dengan berbagai pihak.

“Terutama soal himayatul ummah, khadimul ummah, dan shodiqul hukumah,” ungkapnya.

Gun Gun Heryanto menambahkan, jelang perhelatan politik biasanya akan muncul narasi-narasi seperti bagaimana posisi agama dan negara, posisi Islam dengan partai politik, dan hoaks. Narasi tersebut biasanya sangat cepat memapar khalayak luas.

Baca Juga: Hasil Tes Urine Kasat Narkoba Polres Karawang AKP ENM

MUI, kata Gun Gun, harus bisa bicara bukan hanya soal eksistensi, melainkan jangka panjang yang merepresentasikan basis nilainya dengan mengeluarkan narasi yang lebih sejuk. Menurut dia, hal ini dilakukan untuk menciptakan situasi yang terkontrol agar tidak melahirkan konflik yang non realistis.

Dia mengatakan, dalam politik tidak bisa menghindari yang namanya konflik. Tetapi, sebisa mungkin konflik yang terjadi adalah konflik realistis.

“Konfik yang bisa diselesaikan oleh koridor hukum, musyawarah dan pendekatan organisasi. Bukan selalu dengan kekerasan apalagi memicu penularan perilaku yang tidak bisa dikontrol,” pungkas Gun Gun Heryanto yang juga Ketua Pokja Media Watch Komisi Infokom MUI ini.***

Editor: Syiffa Ryanti

Sumber: mui.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x