Fenomena La Nina Triple Dip Dialami Indonesia, Waspadai  Bencana Hidrometeorologi Basah

- 18 Oktober 2022, 19:11 WIB
Infografis proses fenomena La Nina
Infografis proses fenomena La Nina /Foto : Water Education Foundation/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Fenomena La Nina  triple-dip 2020 hingga 2023  atau tiga tahun beruntun menjadi ancaman bagi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Pemerintah bersama masyarakat perlu mewaspadai  musim hujan lebih awal serta terjadinya bencana hidrometeorologi basah.

Hal tersebut terungkap dalam Mini Symposium 17th Annual Indonesia - U.S. BMKG - NOAA Partnership Workshop yang dilaksanakan secara virtual. "Triple Dip La Nina adalah fenomena unik, masyarakat dan pemerintah pusat hingga daerah perlu mewaspadai terjadinya bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, bandang, angin kencang, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan lain sebagainya," ujar Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.

Disampaikan Dwikorita Karnawati,  fenomena La Nina triple-dip  2020 hingga 2023 atau tiga tahun beruntun menjadi ancaman bagi banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Fenomena La Nina triple-dip sebelumnya pernah terjadi dari 1973 hingga 1975 serta 1998 hingga 2001.

Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Sudah Maksimal Dinkes Cianjur Sulit Cari Warga yang Mau di Vaksin

“Fenomena ini akan berpengaruh terhadap pola cuaca - iklim di Indonesia. Salah satunya menyebabkan sebagian wilayah Indonesia mengalami musim hujan lebih awal. La Nina sendiri adalah fenomena mendinginnya suhu permukaan laut (SML) di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur di bawah kondisi normalnya,” ujar Dwikorita Karnawati, dikutip dari situs resmi bmkg.

Di sisi lain, menurut Dwikorita Karnawati,  pendinginan SML di Samudra Pasifik tersebut diikuti oleh menghangatnya SML di perairan Indonesia. Sehingga menggiatkan pertumbuhan awan hujan dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.

“Fenomena ini sudah dimulai pada pertengahan 2020 dan diprediksi akan tetap berlangsung hingga akhir tahun 2022. Kemungkinan berlanjut hingga awal tahun 2023, sehingga dinamai Triple Dip,” ujar Dwikorita Karnawati.

Baca Juga: KNKT Ungkap Fakta Baru Terkait Kecelakaan Truk Pertamina di Jl. Transyogi Bekasi

Dipaparkan Dwikorita Karnawati, pola cuaca La Nina adalah salah satu dari tiga fase El Nino Southern Oscillation (ENSO). Ini mengacu pada suhu permukaan laut dan arah angin di Pasifik dan dapat beralih antara fase hangat yang disebut El Nino, fase yang lebih dingin dengan sebutan La Nina, dan fase netral.

Fenomena La Nina membawa dampak peningkatan curah hujan di banyak tempat di Indonesia. Meski sebenarnya dampak La Nina tidak pernah sama karena dipengaruhi faktor lainnya.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah