Prasinta, Ingat La Nina Diprediksi Oktober 2021 hingga Februari 2022

- 30 Oktober 2021, 06:11 WIB
Banjir bandang yang menimpa Kelurahan Cicaheum Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung tahun 2018 merupakan salah satu peristiwa bencana alam hidrometeorplogi terburuk dalam catatan Kota Bandung maupun nasional yang mengakibatkan kerugian besar akibat kerusakan harta benda.
Banjir bandang yang menimpa Kelurahan Cicaheum Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung tahun 2018 merupakan salah satu peristiwa bencana alam hidrometeorplogi terburuk dalam catatan Kota Bandung maupun nasional yang mengakibatkan kerugian besar akibat kerusakan harta benda. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai potensi La Nina di Indonesia yang dapat terjadi pada periode Oktober 2021 hingga Februari 2022. Fenomena tersebut merupakan anomali iklim global yang dapat memicu peningkatan curah hujan. 

Memasuki musim penghujan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di 34 provinsi untuk mengambil langkah kesiapsiagaan menghadapi fenomena La Nina. Langkah diambil untuk mencegah maupun menghindari dampak buruk bahaya hidrometeorologi, bencana alam banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang, yang dipicu fenomena tersebut. 

“Catatan historis menunjukkan bahwa La Nina tahun 2020 menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia. Terjadi peningkatan hingga 20 persen sampai dengan 70 persen dari kondisi normalnya yang berpotensi memicu terjadinya bencana hidrometeorologi,” ujar Deputi Bidang Pencegahan BNPB Prasinta Dewi dalam surat edarannya 

Baca Juga: Volume Sampah Meningkat, DLH Kabupaten Bandung Berencana Fungsikan Kembali TPA Babakan

Disampaikan Prasinta Dewi,  menyikapi potensi bahaya dampak La Nina,  Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi untuk mewaspadai dan menginstruksikan BPBD di tingkat kabupaten dan kota melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan. 

Upaya dini yang dapat dilakukan menurut Prasinta Dewi, berupa peningkatan koordinasi dengan BMKG di daerah serta pemantauan secara berkala informasi iklim dan perkembangan cuaca maupun peringatan dini cuaca ekstrem. Selain itu, BPBD meningkatkan koordinasi antar dinas terkait untuk melakukan langkah-langkah kesiapsiagaan sesuai tugas pokok fungsi dan kewenangan.

Ditegaskan Prasinta Dewi, kesiapsiagaan tidak hanya pada sisi pemerintah atau pun aparatur di tingkat kecamatan dan desa, tetapi juga masyarakat ditekankan perlunya dukungan BPBD untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di lokasi rawan bencana.

Baca Juga: Varian AY.4.2 Muncul, Jangan Panik Karena Penelitian Masih Berlangsung

BNPB mengharapkan BPBD melakukan sosialisasi atau menginformasikan sejak dini kepada warga untuk menjauh dari lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon mudah tumbang atau pun tepi pantai. 

Prasinta Dewi juga mengharapkan BPBD untuk melibatkan masyarakat dalam pengaktifan tim siaga bencana. Tim ini bertugas, salah satunya memantau kondisi sekitar atau pun gejala awal terjadinya banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang, maupun berkoordinasi antar tim siaga di wilayah hulu dan hilir.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah