Lama Ketergantungan Barang Impor, Kemenristek Dorong Inovasi

- 8 Desember 2020, 23:00 WIB
Menteri Riset danTeknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro.
Menteri Riset danTeknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang PS Brodjonegoro. /Dok. Humas Kemenristek/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Ketergantungan barang impor semakin terasa di saat pandemi virus corona. Sebagian besar kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan untuk menangani terpapar penyakitCOVID-19 barasal dari luar negeri.

Sebagaimana disampaikan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, saat membuka Bakti Inovasi Indonesia di Gedung Sate, Selasa 8 Desember 2020. "Kita terlalu lama dibuai kemudahan untuk membeli apapun yang impor, selain karena fasilitas vendor, aktivitas dari agen-agen vendor yang sangat aktif baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, sehingga kebutuhan akan produk impor sangat terasa," ujar Bambang Brodjonegoro.

Indonesia hingga saat ini menurut Bambang Brojonegoro, masih mengandalkan import untuk memenuhi alat kesehatan dan bahan baku, baik yang vital maupun tidak. Untuk alat kesehatan mulai yang canggih hingga yang sederhana, hampir 94 persen impor.

Baca Juga: Startup4Industry 2020 Ciptakan Ekosistem Solusi Teknologi Kala Pandemi

Baca Juga: Kemenperin Incar Investasi Manufaktur Skala Global Disaat Pandemi

Seperti bahan baku obat-obatan yang dibuat di Indonesia, menurut Bambang Brojonegoro, hampir 95 persen harus impor. “Contoh untuk tes PCR, alat swab yang sederhana ini impor,  padahal tinggal dibuat dan bisa dikembangkan di dalam negeri, bahkan vitamin C yang sempat langka saat awal pandemi, bahan bakunya berasal dari luar negeri meski dibuat PT Indonesia, pabriknya di Indonesia,” ujar Bambang Brojonegoro.

Ditegaskan Bambang Brojonegoro, akibat ketergantungan akan produk impor mengakibatkan kurang bergairahnya para peneliti lokal untuk melakukan riset. “Kalaupun ada riset yang dihasilkan peneliti lokal, hasilnya tidak berkembang karena tidak termanfaatkan dengan maksimal, akhirnya riset di perguruan tinggi lebih ke selera atau keinginan penelitinya saja, tidak melihat apa yang dia buat relevan atau tidak dengan kondisi saat ini," jelas Bambang Brojonegoro.

Indonesia menurut Bambang Brojonegoro, memerlukan berbagai hasil riset dan inovasi karya anak bangsa untuk melepaskan diri dari ketergantungan barang impor. “Ini penting sebagai langkah awal untuk membangun industri lokal yang mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, meski mahal kita tidak boleh menyerah, harus memulai dengan inovasi,” ujar Bambang Brojonegoro.

Baca Juga: Sebelum Puncak Musim Penghujan, Banjir Medan dan Tebing Tinggi Harus Diatasi

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno

Sumber: ristekbrin.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah