Awas, Memasuki Musim Penghujan Bencana Hidrometeorologi

- 18 September 2021, 07:00 WIB
Truk molen menerjang genangan air bercampur lunpur di Jalan Soekarno Hatta, Panyileukan Kota Bandung pada akhir musim penghujan awal tahun 2021 lalu. BMKG mengingatkan ancaman bencana  hidrometeorologi di pulau Jawa memasuki musim penghujan tahun ini.
Truk molen menerjang genangan air bercampur lunpur di Jalan Soekarno Hatta, Panyileukan Kota Bandung pada akhir musim penghujan awal tahun 2021 lalu. BMKG mengingatkan ancaman bencana hidrometeorologi di pulau Jawa memasuki musim penghujan tahun ini. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Memasuki pertengahan September 2021 sebanyak 14.6 persen wilayah di Indonesia akan mulai memasuki musim penghujan. Berdasarkan Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (IBF-Impact Based Forecast) BMKG, ada empat wilayah yang berpotensi dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir bandang dan atau tanah longsor dari cuaca ekstrem hingga 3 (tiga) hari ke depan.

Dilansir dari laman BMKG, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin terpantau aktif di wilayah Indonesia hingga seminggu ke depan. MJO, gelombang Rossby Ekuatorial, dan gelombang Kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan awan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya.

Fenomena MJO dan gelombang Kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus 30-40 hari pada MJO, sedangkan pada Kelvin skala harian. Sebaliknya, Fenomena Gelombang Rossby bergerak dari arah Samudera Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia.

Baca Juga: Anies Tanggapi Kemenangan Gugatan 32 Warga Tentang Udara DKI Jakarta

Sama halnya seperti MJO maupun Kelvin, ketika Gelombang Rossby aktif di wilayah Indonesia maka dapat berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah indonesia. Selain itu, terbentuknya belokan maupun pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dapat mengakibatkan meningkatnya potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.

Suhu muka laut dan anomali suhu muka laut juga terpantau masih hangat di sebagian besar perairan di Indonesia, yang mendukung peningkatan suplai uap air sebagai sumber pembentukan awan-awan hujan. Kondisi tersebut juga didukung oleh masih tingginya kelembaban udara di sebagian besar wilayah di Indonesia hingga seminggu ke depan.

Berdasarkan kondisi tersebut BMKG memprakirakan potensi hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang terjadidalam periode 13 hingga 20 September 2021 terdapat terjadi merata di hampir 27  provinsi. Sedangan berdasarkan Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak (IBF-Impact Based Forecast) BMKG, potensi dampak bencana hidrometeorologi selama tiga hari kedepan terjadi di Pulau Jawa dan Bali. (heriyanto)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah