Jembatan Mariuk Dibangun Melalui Program Pentahelik  

- 19 Januari 2022, 20:30 WIB
Bupati Bandung HM Dadang Supriatna saat meresmikan jembatan Mariuk di Kampung Mariuk Desa Bojongsalam Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, Rabu 19 Januari 2022.
Bupati Bandung HM Dadang Supriatna saat meresmikan jembatan Mariuk di Kampung Mariuk Desa Bojongsalam Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung, Rabu 19 Januari 2022. /Portal Bandung Timur/neni mardiana  /

 

 

PORTAL BANDUNG TIMUR - Melalui program Pentaheliks, pembangunan jembatan Mariuk di atas aliran sungai Cijalupang yang menghubungkan RW 09 dan 10 Kampung Mariuk Desa Bojongsalam Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung berhasil dirampungkan. Artinya, pembangunan jembatan Mariuk itu tanpa menggunakan APBD Kabupaten Bandung dan murni swadaya masyarakat.

Jembatan Mariuk itu dibangun  sepanjang 6 meter dan lebar 2 meter, sebagai salah satu akses transfortasi atau lalulintas masyarakat yang melakukan aktivitas ekonomi maupun kegiatan lainnya. Jembatan itupula merupakan akses ke pemakaman umum.

"Tanpa APBD, kita bisa membuktikan pembangunan jembatan Mariuk ini. Pembangunan jembatan dan normalisasi Sungai Cijalupang bisa berjalan baik dengan melibatkan banyak pihak," kata Bupati Bandung HM Dadang Supriatna kepada wartawan usai meresmikan pembangunan jembatan Mariuk, Rabu 19 Januari 2022.

Baca Juga: Arteria Dahlan Sudah Membuat Keonaran dan Keresahan

Bupati Bandung mengatakan, pembangunan jembatan dan normalisasi sungai itu, ia turun langsung ke lapangan dan mengajak semua komponen, mulai dari pihak swasta, pengusaha, akademisi, masyarakat, maupun media yang turut dilibatkan dalam program pentahelik tersebut.

Dadang Supriatna pun menyebutkan, di Kabupaten Bandung tercatat ada sekitar 800 jembatan, dan di antaranya sekitar  20 persen harus ada perbaikan atau penataan. "Jembatan merupakan sarana transportasi yang sangat penting untuk lalulintas dan aktivitas masyarakat," ujar Dadang Supriatna.

Sebelumnya jembatan itu lebar  70 cm dan membawa jenazah pun mengalami kesulitan.  Sehingga ia mengajak semua komponen masyarakat untuk membangun jembatan tersebut, selain normalisasi sungai. "Pengerjannya pun melalui program pentahelik," katanya.

Baca Juga: Penumpang Panik,  Adu Bagong Mercy Putih vs Angkot

Ia pun menyebutkan, pelaksanaan pengerjaan normalisasi sungai di Kabupaten Bandung sepanjang 12 km, dalam pengerjannya  melibatkan pemerintah, akademisi, pengusaha dan media. Di antaranya, pengerjaan normalisasi sungai di Rancaekek, Cicalengka, Majalaya, Cikancung, Bojongsoang dan daerah lainnya.

"Yang penting kita sudah berbuat baik untuk masyarakat, dalam pembangunan," katanya.

Bupati Bandung mengatakan, sebelum ada pengerjaan normalisasi, sering terjadi banjir setelah turun hujan selama dua hari, sekarang ini tak banjir. Diharapkan ke depan bisa membuat danau, atau tempat penampungan air untuk penanggulangan ancaman banjir di Rancaekek dan sekitarnya.

"Tak cukup normalisasi untuk penanggulangan banjir. Perlu ada pembangunan danau," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, pembangunan jembatan bagian dari shodakoh atau sedekah. "Ini bagian dari program pembangunan. Pembangunan jembatan ini saya titip, dan bisa dimanfaatkan warga sekitar," katanya.

Baca Juga: Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Minta Arteria Dahlan Minta Maaf Secara Terbuka

Dadang Supriatna mengatakan ada jembatan lainnya, yang bisa dibangun melalui pentahelik. Di antaranya di Desa Panyadap, dengan kondisi bangunan jembatan yang rendah karena menghalangi aliran air sehingga bisa dilakukan penataan ulang. "Program utama sukseskan program Kabupaten Bandung yaitu Bedas," katanya.

Pihaknya pun berencana membangun sekolah baru di Rancaekek, yaitu SMP dan SMA Negeri. Selain sarana pendidikan, juga kesehatan dan peningkatan infrastruktur di Rancaekek. Selain melaksanakan program saba desa.

Sementara itu, tokoh masyarakat setempat Deni Somantri mengucapakan terima kasih kepada Bupati Bandung yang sudah menyetujui pembangunan jembatan untuk masyarakat. "Pembangunan jembatan ini sangat vital untuk masyarakat, di antaranya kegiatan ekonomi, dan mengaji," katanya.

Ia mengatakan jembatan ini akses ke pemakaman umum, sehingga dimanfaatkan masyarakat untuk membawa jenazah. "Semula membawa keranda jenazah hanya bisa digotong dua orang, sekarang bisa  empat orang karena pembangunan jembatan yang lebar," katanya.

Deni mengatakan, sebelumnya ada pengendara motor yang jatuh ke sungai, sebelum jembatan ini  dibangun karena tak ada penghalang atau pegangan tangan pada kanan kiri. "Dengan adanya jembatan ini, bisa dimanfaatkan oleh warga untuk beraktivitas,"  katanya. (neni mardiana)***

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah