Bandung Lautan Api Bukan Hanya Sekedar Peristiwa Warga Mengungsi ke Selatan dan Kota di Bakar

- 24 Maret 2021, 19:37 WIB
Raden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya mantan Komandan Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi, bercerita tentang senjata mouser engkol jenis chamber tiger grendel, yang mampu direbit pasukannya untuk mempertahankan Front Bandung Timur.
Raden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya mantan Komandan Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi, bercerita tentang senjata mouser engkol jenis chamber tiger grendel, yang mampu direbit pasukannya untuk mempertahankan Front Bandung Timur. /Portal Bandung Timur/heriyanto/

PORTAL BANDUNG TIMUR - Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan patut gusar terhadap kondisi stilasi atau penanda peristiwa Bandung Lautan Api 23 Maret 1946 di 10 titik mengalami berbagai kondisi. Mulai dari yang terpelihara, tersembunyi hingga yang hilang sama sekali.

Sebenarnya buka hanya Tedy Rusmawan seorang yang merasakan gusar. Bahkan Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Legiun Veteran Republik Indonesia(LVRI) Kota Bandung, Serka (Purn) Patmo Notodisastro, serta juga Ully Hary Rusady dan Paramitha Rusady kedua orang puteri dari Raden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya mantan Komandan Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi yang bertugas di Front Bandung Timur.

“Sebenarnya, pertempuran heroik pada 23 dan 24 Maret 1946 yang kemudian dikenal dengan peristiwa Bandung Lautan Api, ada dibanyak titik, bukan hanya di 10 titik yang ditandai stalasi. Bahkan yang paling heroik dari pengakuan pelaku sejarah, selain di Jembatan Baru (Jalan Lengkong depan kampus UNPAS sekarang) dan eks Radio NIROM (Gereja Gloria Tegallega sekarang), juga di sepanjang Jalan Pos antara Cikudapateuh sampai Legit Cipadung,” ujar Patmo Notodisastro.

Baca Juga: Perpres Nomor 98 Tahun 2020 tentang PPPK Dibebankan ke Pemda, Sosialisasi Aturan Belum

Pada acara bedah buku ‘Tiada Berita Dari Bandung Timur’ berupa kesaksian dari Raden Mas Yus Rusady Wirahaditenaya mantan Komandan Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi yang bertugas di Front Bandung Timur, pertempuran yang dilakukan oleh anak buahnya lebih heroik.

“Karena kalau pasukan yang ke selatan hanya mengawal warga kota agar keluar dari Kota Bandung menuju wilayah selatan ke Dayeuhkolot, Ciwideuy dan Pangalengan. Sementara kami yang di Front Timur dan juga Front Barat harus melakukan perlawanan, tidak sedikit dari anak buah saya yang gugur,” ujar Yus Rusady Wirahaditenaya saat bedah buku di Auditorium Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat pada tahun 2016.

Selain petempuran di Cikudapateuh dan Cicadas menurut Yus Rusady, pertempuran paling lama terjadi di Legit Cipadung. “Kalau di Cikudapateuh dan Cicadas pesawat Sekutu menjatuhkan lima bom, tapi di Legit, bom berjatuhan entah berapa puluh,” ujar  Yus Rusady Wirahaditenaya, hingga Komandan Divisi III Siliwangi pada waktu itu Kol. A.H. Nasution mengira pasukan Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi yang bertugas di Front Bandung Timur, sudah habis.

Penjual jamu melewati bekas tugu pertempuran Legit Cipadung, Kecamatan Cibiru yang menewaskan puluhan pejuang dari  Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi pimpinan Yus Rusady.
Penjual jamu melewati bekas tugu pertempuran Legit Cipadung, Kecamatan Cibiru yang menewaskan puluhan pejuang dari Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi pimpinan Yus Rusady.

Memang, keesokan paginya beberapa anak buah Yus Rusady  diperintahkan untuk kembali ke Lapang Legit Cipadung melakukan pemeriksaan. Ditemui banyak mayat bergelimpangan dan bahkan tidak sedikit mayat yang sulit dikenali karena hancur.

Hal ini dibenarkan oleh Tarmidi (98) dan Paimo (83) dua orang pelaku pembakaran dikawasan Cikudapateuh yang paling dicari tentara NICA dan Sekutu. Pasalnya kedua orang ini yang membakar gudang logistik tentara NICA dan Sekutu.

Halaman:

Editor: Heriyanto Retno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x