PORTAL BANDUNG TIMUR - Batu Api, demikian perpustakaan yang beralamat di Jalan Raya Jatinangor No 142 A, Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang oleh pemiliknya, Anton Solihin. Saat berkunjung, begiru menapaki kaki masuk ruangan, engunjung sudah akan disambut tumpukan buku yang tersusun rapi berjejer di rak-rak buku yang menempel ke dinding ruangan perpustakaan.
Lantai yang dingin disepuh kaki telanjang menjadikannya bersih berkilau menjadi penanda entah berapa banyak orang yang telah datang ke ruang yang penuh inspirasi. Beragam judul buku yang terbitan lama maupun yang sudah tidak terbit atau sudah jarang ditemukan di pusaran pasar, ia masih simpan dengan rapi.
Terlihat di sudut ruang perpustakaan seorang pria yang sedang merapikan buku menyambut dengan ramah. Dialah Anton Solihin, pengelola sekaligus pemilik, Perpustakaan Batu Api seorang kolektor buku tua.
Baca Juga: Kyai Haji Zainal Mustafa Bersama Santrinya Gunakan Pedang Bambu Gombong Lawan Kampetai Jepang
Kesetiaan Anton Solihin, dalam mengoleksi ribuan buku fisik di tengah arus globalisasi digital tidak dapat disangsikan lagi. Sebut saja seperti buku Pramoedy Ananta Toer semua bukunya ada lengkap karena Anton Solihin sendiri pengagum karya–karya sastrawan dimasa Orde Lama dikendengan sapaan Mas Pram.
Sebagai bentur kecintaannya pada Mas Pram, Jalan Raya Jatinangor No 142 A, Cikeruh, Jatinangor, Kabupaten Sumedang dinamainya Jalan Pramoedya Ananta Toer No 142. Alasannya sederharna, karena sang pustakawan kagum terhadap sosok Pramoedya Ananta Toer.
Selain koleksi lengkap karya Pramoedya Ananta Toer, Anton Solihin melengkapi Perpustakaan Batu Api dengan buku Riwayat Kandjeng Nabi Muhammad SAW yang di tulis Oleh R.A.A Wiranata Koesoemah mantan Bupati Bandung periode 1920-1931 dan 1935 – 1945.
Bahkan Buku Mein Kampf berbahasa jerman karya Adolf Hitler yang sempat di larang bisa di dapati di Perpustakaan Batu Api, serta sejumlah judul buku lainnya yang kerap dijadikan referensi oleh mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi, tesis atau disertasi.
Baca Juga: Menelisik Senjata Ki Sunda, Kunjungi Bumi Pakarang Susuhunan
Menariknya, Anton Solihin mengaku pernah di kunjungi oleh orang dari Kedubes Rusia yang sedang membutuhkan referensi sejarah Rusia berbahasa indonesia. Bukan hanya Kedubes Rusia yang pernah berkunjung ke Perpustakaan Batu Api lokasinya terletak berdekatan dengan kampus universitas padjajaran, institut Teknologi Bandung dan institusi pemerintah dalam negeri (IPDN), tapi juga sejahrawan asal Jepang pernah berkunjung untuk berdiskusi.
Seperti kawasan pendidikan, beberapa toko buku yang ada di beberapa titik dulu . kini seiring berjalannya waktu yag semakin banyak digitalisasi. Pedagang buku pun satu persatu mulai gulung tikar lantaran para pembaca yang banyak beralih ke format ebook.
Dari sekian banyak toko buku yang pernah ada, hanya ada beberapa toko buku yang masih bertahan sampai saat ini. Salah satunya perpus legendaris di kalangan mahasiswa perpustakaan Batu Api.
“Ebook – kan Kebanyakan Berbahasa inggris sementara mahasiswa banyaknya suka referensi yang berbahasa Indonesia karena mudah di pahami. Jadi referensi bahasa Inggrisnya hanya pelengkap saja, makanya sampai sekarang Batu Api bisa bertahan,” papar pria lulusan Universitas Padjajaran 1987.
Secara garis besar buku-buku yang dikoleksinya jenis buku humaniora, agama, sastra, filsafat geografi, sains populer antropologi dan beberapa buku kiri. Para pengunjung yang datang bukan saja dari mahasiswayang ada di kawasan Jatinangor tapi banyak juga mahasiswa ataupun umum dari luar Jatinangor dengan berbagai latar Belakang dan Kebutuhannya.
Baca Juga: Museum Galunggung, Kekhawatiran Akan Sejarah yang terlupakan
Tidak hanya buku koleksinya, Perpustakaan Batu Api juga mengoleksi ribuan judul film dan musik dari berbagai negara lengkap dengan literasinya. “ Tiga yang kita koleksi, buku, musik dan film, untuk musik semisal tradisi Indonesia dari berbagai zaman dari era tahun 1920 –an hingga 1950- an, juga ada musik tradisi pegunungan Andes di Amerika Latin, musik dari Ruwanda dan banyak lagi,” terangnya.
Perpustakaan Batu Api menurut pengakuan Anton Solihin berdiri pada 1 April 1999. Alasan didirikannya Perpustakaan Batu Api berawal dari hobi membacanya. Pada masa lalu, tempat yang menjadi favoritnya di era tahun 90an, yakni British Council di jalan Tamblong, Kota Bandung.
Menurut Anton Solihin, British Council dipilihnya bukan tanpa alasan. “Karena koleksi bukunya yang begitu banyak dan sangat berbeda dengan koleksi perpustakaan pada umumnya,” aku Anton Solihin.
Ditegaskan Anton Solihin, mengoleksi buku dari mulai kecil-kecilan hingga sekarang menjadi sebuah pusat peradaban akan literasi di Jatinangor, dirinya merasakan bahwa kini tinggal menuai hasilnya. “ Dulu saya mulai nya iseng – iseng saja, karena cinta buku saya suka mencari buku bekas ke daerah cihapit disana beragam buku loakan saya beli dan koleks, eh lama – lama jadi banyak,” ujarnya
Kini Perpustakaan Batu Api memiliki ribuan anggotanya dan menjadi tempat favorit bagi para mahasiswa atau pengunjung yang ingin mencari referensi buku. Juga merakan yang ingin menyewa buku diperpustakaan batu api legendaris ini diwajibkan untuk daftar menjadi anggota. (Nur Fitri Andar Lesta)***